Wabah pandemi Covid-19 yang melanda di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak kunjung berhenti. Membuat roda perekonomian menjadi terhambat, baik usaha makro maupun mikro. Sama halnya seperti yang terjadi dengan usaha kecil milik Ibu Rosfi (48) yang terus berjuang demi mempertahankan usahanya sebagai penjual cilok tuna di kala pandemi yang mencekam ini.
Ibu Rosfi sudah merintis usaha kecilnya itu dalam waktu yang lama. Berawal dengan berjualan kecil-kecilan di depan rumah pada tahun 2012, yang hanya bermodalkan sebuah meja kecil, satu buah kompor, gas, dandang, dan 100 butir cilok tuna yang dibuatnya sendiri. Harga satu butir cilok tuna hanya seharga Rp500,. dan disajikan dengan saos sambal yang juga buatan Ibu Rosfi sendiri, itulah poin plus usahanya, semua serba homemade. Ibu Rosfi terus berjualan di depan rumah sampai akhirnya beliau memutuskan untuk berjualan di depan gang rumahnya karena kondisi jalan raya yang ramai orang lewat.
Dua tahun sudah berlalu Ibu Rosfi berjualan di depan gang rumahnya, lalu beliau pun mulai berjualan cilok tuna di kantin salah satu Sekolah Menengah Pertama di dekat rumahnya pada kisaran tahun 2014. Dengan semangatnya untuk membantu sang suami yang seorang sopir taksi dalam mencari nafkah, Ibu Rosfi tidak lelah berjualan. Setelah berjualan di kantin, dalam sehari bisa habis 500-600 butir cilok tuna. Semakin lama dagangan Ibu Rosfi di kantin pun semakin bertambah dan ikut menambah  penghasilan yang didapatnya juga. "Dalam sehari bisa dapat penghasilan kotor kurang lebih Rp400.000 dari jualan di kantin aja. Untungnya lumayan banget buat nambah-nambah beli keperluan." Ujar beliau.
Namun Ibu Rosfi juga harus merasakan pahitnya dampak pandemi yang mulai menyerang Indonesia pada maret 2020. Ketika semua pembelajaran dilakukan secara daring, Ibu Rosfi pun juga harus berhenti berjualan di kantin sekolah. "Kalo dibilang sedih, sih, sedih ya karena di kantin itu penghasilannya lumayan banyak. Setiap harinya anak-anak pasti jajan, ibaratnya ga ada matinya lah gitu kalo jualan di kantin." Tutur Bu Rosfi mengenai perasaannya terhadap dampak dari pandemi yang terus berlanjut ini.
Awalnya, sekitar sebulan setelah pandemi berlangsung, Ibu Rosfi kembali mencoba untuk berjualan cilok tuna di depan rumahnya seperti dahulu, namun beliau berkata bahwa itu tidak terlalu berhasil karena sepinya pelanggan. "Sepi banget, sehari pernah cuman dapet seribu perak. Saya rugi karena gasnya kan nyala terus biar ciloknya tetap hangat. Jadi saya putusin buat berhenti aja." Ujar Bu Rosfi.
Akhirnya Ibu Rosfi bersama dengan suaminya pun putar otak demi mempertahankan usaha yang sudah lama dirintisnya tersebut. Ibu Rosfi mulai menjual cilok tuna frozen dalam kemasan yang berisi 21 satu butir cilok tuna dengan harga Rp10.000. Awalnya produk cilok tuna frozen tersebut hanya dikenalkan kepada teman dan kerabat terdekat melalui status whatsapp atau group chat whatsapp, lalu lama-kelamaan Ibu Rosfi juga mulai mengisi ke toko-toko kecil yang ada di dekat rumah.
Bagai sebuah keajaiban, usaha cilok tuna frozen ini justru menambah maju usaha Ibu Rosfi berkat menantu tertua beliau yang menjadi reseller cilok tuna frozen. "Menantu saya awalnya kenalin cilok ke teman dan kenalannya, mereka pun pada suka, terus dia jadiin itu sebagai peluang bisnis." Ucap Bu Rosfi mengenai awal mula melejitnya usaha cilok tuna frozen tersebut.
"Sekarang Alhamdulillah saya sudah punya banyak reseller. Ada yang di Bekasi, Tangerang, Jakarta Timur, dimana-mana. Salah satu kenalan menantu saya juga ada yang punya cafe, dia jadi pelanggan setia saya, setia pesan cilok tuna untuk dijadikan menu di cafenya." Tutur Ibu Rosfi yang saat usaha cilok tuna frozennya sudah dikenal luas.