Mohon tunggu...
byeongari02
byeongari02 Mohon Tunggu... Mahasiswa - freelancer as content writer and author fiction

hope you enjoy my work

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa UB Temukan Solusi Mengatasi Limbah Masker yang Ramah Lingkungan

28 Agustus 2021   01:05 Diperbarui: 28 Agustus 2021   01:45 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tim peneliti | Mahasiswa Universitas Brawijaya

Sejak Desember 2019 hingga saat ini, dunia dihadapkan dengan suatu permasalahan baru, yakni wabah Covid-19. Virus ini dapat menular melalui droplet (percikan kecil) sehingga mampu menyebar ke seluruh dunia dengan cepat. Salah satu upaya untuk menekan penyebaran virus tersebut adalah dengan pemakaian masker. Namun, pada kenyataannya gerakan ini menimbulkan beberapa permasalahan baru, salah satunya kenaikan limbah yang signifikan terutama limbah disposable mask

Menurut catatan WHO, penggunaan masker hingga saat ini telah mencapai hingga 89 juta/bulannya. Sedangkan menurut penelitian LIPI, setelah adanya gerakan pemakaian masker di Indonesia telah terjadi peningkatan limbah sebanyak 30%. Data tersebut diperkuat dengan artikel yang diterbitkan Pusat  Penelitian Badan Keahlian DPR RI yang menyatakan bahwa di daerah DKI Jakarta saja, limbah infeksius telah mencapai 212 ton/harinya.  Sedangkan limbah masker rumah tangga telah mencapai lebih dari 850 kg.

Disposable mask tersusun dari polyethylene (13.77%), polypropylene (73.33%), dan nilon (8.27%) sehingga limbahnya sulit terdegradasi secara alami. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan khusus untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan lingkungan baru. Sebelumnya, limbah disposable mask ditangani dengan cara dibakar (thermal degradation). Dalam metode ini diperlukan suhu tinggi sehingga biayanya mahal. 

Dari keterbatasan metode sebelumnya, lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari Aulia Ababil Balqis (Bioteknologi 2020), Hasanatul Usna (Bioteknologi 2020), Zhafira Siwi Kusumaningtyas (Bioteknologi 2020), Izzatul Fikri Al-Ghifani (Teknologi Bioproses 2020), Fazriel Ahmad Sukmawan (Agroekoteknologi 2020) menemukan metode penanganan limbah disposable mask yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan yakni biodegradasi menggunakan bakteri Pseudomonas sp

“Bakteri Pseudomonas sp dapat menghasilkan enzim yang mampu mendegradasi polimer plastik penyusun disposable mask. Salah satu contohnya adalah enzim alkane hydroxylase yang dapat mendegradasi polietilen.” Jawab mereka ketika ditanya alasan pemilihan bakteri.

“Proses degradasi diawali dengan menempelnya bakteri pada permukaan polimer plastik dan menjadikannya sebagai sumber karbon utama. Setelah itu, reaksi reduksi, oksidasi, dan hidrolisis dari polimer tersebut akan dikatalisis oleh enzim katabolik yang diproduksi bakteri. Kemudian, fragmen hidrokarbon kecil yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diambil dan dimetabolisme oleh bakteri sehingga menghasilkan biomassa mikroba dengan produk samping berupa CO2 dan air.” Lanjut mereka, menjelaskan mekanisme biodegradasinya.

masker setelah 4 hari inkubasi | dokumentasi pribadi
masker setelah 4 hari inkubasi | dokumentasi pribadi

Dalam penelitian yang mereka lakukan, waktu inkubasi disposable mask yang mereka tetapkan adalah selama 12-16 hari dan hanya 4% massa masker yang hilang. karena waktu inkubasi optimalnya berkisar 30-40 hari. Dengan demikian, mereka berharap penelitiannya dapat menjadi solusi alternatif mengurangi limbah disposable mask kedepannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun