Menyikapi Keponakan Minta Cuan Berdalih Pinjam, Begini Caranya !
Mempunyai keponakan, banyak enaknya ketimbang tidak enaknya. Apalagi kalau jumlahnya cukup banyak, tentu tingkah polanya juga berwarna warni, laksana aneka warna kain.
Bila masih tahapan kanak-kanak, sedang lucu-kucunya, enak untuk diajak bermain- main. Tetapi bila sudah menginjak remaja, menjelang dewasa dan dewasa, maka sudah banyak polanya, yang sedikit terkesan agak sulit berkompromi.
Oleh karena itu, sebagai seorang paman atau wak (pak de) saya harus bijaksana menyikapinya, karena mereka pada umumnya sedang masa perkembangan yang ingin menunjukkan jati dirinya.
Terhadap sesuatu hal, mereka inginnya cepat dan berhasil serta urusan atau apa yang mereka lakukan, tidak ingin terlalu dalam dicampuri oleh orang lain. Mereka tidak akan menyerah sampai urusannya tuntas.
Enaknya, karena mereka sudah mempunyai tenaga yang cukup, maka ketika dimintai bantuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, mereka cepat mengatakan bersedia dan rela meninggalkan urusannya untuk sementara waktu.
Hanya saja kita tidak boleh lengah dan harus selalu membimbing dan mengamati serta memuji hasil kerjaannya. Jangan sekali-kali dilepas dan bila kita sedang tidak dapat mengawasi, maka lebih baik agar disuruh istirahat saja dulu.
Yang agak lain dan menarik, bila keponakan sudah menjelang dewasa atau dewasa, dimana mereka biasanya sudah mempunyai banyak kebutuhan dan kadang-kadang kekurangan cuan untuk memenuhinya, maka mereka minta tolong pinjaman.
Meskipun bahasanya pinjam, tapi kita harus hati-hati, lihat jumlah cuan yang dipinjamnya dan lamanya waktu pengembalian. Bila angka pinjamannya tidak seberapa dan lama baru dikembalikan, sebenarnya mereka itu hanya mintak saja.
Menyikapi kelakuan keponakan seperti ini, saya memutuskan untuk tidak memberikan pinjaman kepada mereka, melainkan diberi cuma-cuma, sejauh jumlah yang diminta tidak memberatkan dan saya sedang ada kelapangan.