60 Tahun Papa Tjipta-Mama Lina, Teladan Nan Inspirator
Penyatuan dua insan yang berbeda dalam suatu ikatan pernikahan merupakan peristiwa sakral dan bersejarah dalam siklus hidup serta  kehidupan anak manusia di atas muka bumi ini.Â
Tujuan yang suci itu tidak hanya sebatas untuk menuruti kodrati sebagai hamba, Â namun lebih dari itu dalam rangka menunaikan perintah dan kewajiban mengabdi kepada Tuhannya.Â
60 tahun yang silam, masa dimana situasi negeri ini sedang tidak baik-baik saja, di Rana Minang, bersepakatlah dua orang anak muda untuk mengakhiri masa lajangnya, Â untuk membina mahligai rumah tangga bersama.Â
Prosesi pernikahan  penyatuan dua hati hamba Tuhan yang saling mencintai itu digelar dalam upacara  penuh khidmat, dengan disaksikan oleh keluarga, kerabat, teman dan handai tolan.Â
Mempelai pria yang ganteng dan kreatif itu tidak lain adalah Tjiptadinata Effendi (Tjipta) serta mempelai perempuan yang cantik  dan keibuan itu adalah Roselina (Lina).Â
Waktu berlalu masa berganti, tak terasa ikatan pernikahan yang suci Papa Tjipta dengan Mama Lina itu telah berjalan 6 dasawarsa. Hitungan waktu yang tidak boleh dianggap pendek dalam rentang usia kehidupan manusia.Â
Menapaki kehidupan bersama dalam rumah tangga, tentu banyak suka dan duka yang dialami oleh pasangan Papa Tjipta-Mama Lina. Namun duka yang terjadi dikelola bersama dengan diskusi dan komunikasi yang baik, hingga membuahkan hikmah yang diluar nalar manusia.Â
Bila di usia pernikahan,  umumnya orang  mengenal dengan istilah " kawin perak  25 tahun dan kawin emas 50 tahun " lalu gelar apa yang pantas disematkan kepada Papa Tjipta-Mama Lina yang sudah melewatinya?Â