Mungkinkah Prosesi Pernikahan Secara  Adat  Dapat Lestari  Ditengah Kehidupan Moderen Nan Heterogen  ?
Bismillah,
Kemarin siang saya ikut rombongan mengantarkan salah seorang dari anak tetangga kerumah calon isterinya untuk melangsungkan akad nikah di salah satu kelurahan Kota Bengkulu.
Keikutsertaan saya mengantar calon pengantin pria ketempat calon pengantin perempuan kali ini, bukanlah yang pertama, melainkan sudah yang kesekian kalinya.
Akan tetapi untuk yang  kali ini lain dari yang lain, karena informasinya pihak mempelai perempuan  menggunakan adat  menerima calon pengantin pria dan rombongan serta dalam prosesi akad nikahnya menggunakan adat kebiasaan setempat.
Untuk itu calon pengantin pria didandani  menggunakan pakaian adat dengan pernak - perniknya dan dua orang pemuda sebagai pengapit juga mengenakan pakaian adat, tapi tidak selengkap pakaian calon pengantin, ini untuk membedakan antara calon pengantin dan pengapitnya.
Sedangkan rombongan pengiring baik pria maupun perempuan mengenakan pakaian pantas dan khusus yang pria wajib mengenakan kain sarung serta baju sebaiknya jas atau baju motif teluk belanga, tapi ini wajib.
Sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak rombongan calon pengantin pria tiba ditempat calon pengantin perempuan tepat pada waktunya, kami tidak langsung kerumah calon pengantin perempuan, tapi istirahat sejenak dirumah salah seorang warga yang sudah ditunjuk.