Raincout  Versus  Ricefield
Pada Penghujung Bulan Pebruari Awal Maret 2024 Â ini terasa cuaca kurang bersahabat bagi yang senang bepergian, karena hampir setiap hari turun hujan di Kota Bengkulu dan sekitarnya.
Kondisi cuaca tersebut tentu sangat tidak disukai oleh pemotor yang ingin pergi kesekolah, ketempat kerja dan kemanapun, terutama para adventure yang suka mengitari wilayah yang dianggap baru dan penuh tantangan.
Oleh karena itu agar tidak kuyup, yang akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan jika sedang berada diatas motor, maka perlu menggunakan raincout atau  baju anti hujan (mantel).
Agar tidak kelupaan dan mantel senantiasa terbawa bila berpergian, sebaiknya mantel disimpan dibawah jok motor atau diikatkan di tempat bagian yang aman pada kendaraan.
Memang begitulah, bila Pemotor berpergian selalu menghendaki cuaca  cerah tapi teduh, tidak panas, agar merasa nyaman di perjalanan.
Kondisi dan keinginan tersebut tentu sangat kontradiktif dengan kemauan para petani di pedesaan yang menghendaki turunnya hujan guna menggarap lahan sawah/ricefield untuk ditanami, terutama dengan tanaman padi sawah.
Air memang mutlak diperlukan, namun tidak terlalu besar (banjir) selama dalam  pengolahan tanah, tanam  serta  selama fase pertumbuhan pertanaman padi sampai menjelang memungut hasil alias panen.
Maklum saja harga beras yang berasal dari gabah itu sekarang ini harganya melambung tinggi dan bahkan harga tertinggi dalam sejarah harga perberasan di negeri tercinta Indonesia ini.
Semangat para petani untuk menanam padi tersebut  tidak disebabkan oleh karena mahalnya harga beras serta  gagal tanam di beberapa tempat  pada  musim kemarau  dan efek elnino, beberapa waktu lalu.