Harga cabe masih saja relatif tinggi, dan tidak tahu kapan kembali normal, mau nanam tidak punya lahan, pekaranganpun  sempit?
Sedangkan dipihak lain kebutuhan  vitamin untuk menunjang perbaikan gizi dan ditambah kebutuhan lainya  terus meningkat, maka perlu terobosan suatu cara bercocok tanam yang mudah serta praktis, sehingga dapat dikerjakan oleh semua kalangan.
Sibuknya ibu-ibu rumah tangga dengan tugasnya masing-masing, ada kalanya tidak sempat lagi ke pasar untuk membeli sayuran segar yang sangat dibutuhkan untuk perbaikan gizi keluarga.
Solusi dari persoalan tersebut di atas, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan nanam dalam pot.
Lalu bagaimana caranya?
*. Â Tempat persemaian bisa dari kotak kayu dengan ukuran sesuai kebutuhan.
*. Â Tanah persemaian adalah campuran dari tanah, pupuk kandang, dan pasir halus dengan perbandingan 1 : 1 : 1
*. Â Benih ditabur tipis-tipis, dengan jarak barisan 5-10 cm, kemudian ditutup tipis - tipis.
*. Â Setelah berumur 3 minggu (berdaun 2-3) dipindahkan ke dalam pot.
Pot diisi tanah campuran pupuk kandang dengan tanah, perbandingan 1 : 1. Â Untuk mencegah kelebihan air (becek) maka terlebih dahulu bagian dasar pot dilapisi pecahan batu bata atau bongkahan arang.
Dalam pemeliharaan selanjutnya, untuk mencegah agar tidak layu kekeringan perlu diberikan air (disiram). Karena tanaman cabe yang masih kecil rentan dengan kelebihan sinar matahari langsung, maka tanaman diberikan pelindung atau ditempatkan dibawah pepohonan yang ada di sekitar rumah.
Jika tidak ingin menggunakan pot yang baru, dalam upaya pengurangan cost, maka dapat digunakan polybag atau kaleng-kaleng bekas yang bagian dasarnya dilobangi dulu dan diberikan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman cabe rawit yang baik dan juga dapat berbuah optimal, selain diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar, perlu diberikan tambahan pupuk urea, SP dan KCL.