Mohon tunggu...
Buyung Haryakusuma
Buyung Haryakusuma Mohon Tunggu... -

Buyung Haryakusuma ...\r\nsenang berteman, senang membaca,senang berolahraga dan baru belajar menulis ... mohon bimbingannya teman-temanku

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kebersamaan dan Kebahagiaan Adalah Lebih dari Segalanya …

20 Agustus 2011   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu … teman dekatkutiba-tiba saja menghubungiku lewat chatting di internet. Tumben … pikirku, sudah lama sekali kita tidak bertemu dan berkomunikasi. Saat itu sudah menjelang berbuka puasa di sana, sementara di tempatku sekarang hari baru saja menjelang tengah hari. Dan waktu berbuka puasa nanti masih lama, disaat keluargaku dan teman-temanku bangun menjelang sahurnya. Disini aku baru saja menyantap makanan buka puasaku.

Setelah basa-basi bertanya kabar, temanku ini bertanya kapan aku pulang kenegeriku. Tidak lama lagi jawabku. Tidak terasa sudah satu tahun lebih aku merantau ke negeri orang. Temanku tadi berseloroh dalam chatnya, wah ... kalau kamu pulang nanti mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Kenapa memangnya tanyaku ... apakah kamu akan pindah kerja ke tempat dan kota yang baru ...?

Iya ... aku sudah tidak bisa lagi tinggal di kota ini katanya. Segala sesuatunya dikota itu...membawa kenangan pahit baginya... aku juga cukup heran, karena biasanya teman ini orangnya selalu tampak riang dan kebetulan kita memiliki banyak hobi yang sama, berolahraga ... jarang kedengaran kalau dia punya masalah... lama tidak jumpa rupanya banyak hal yang terjadi dan tlah berubah...

Bukankah sekarang karirmu sedang bagus-bagusnya ... tanyaku lagi, pimpinan di perusahaan juga senang dengan cara kerjamu lagipula banyak teman dan sahabat disana kan...? Sayang sekali kalau itu ditinggalkan..karena memulai lagi di tempat yang baru...juga perlu cukup waktu beradaptasi. Temanku tadi menjawab bahwa tidak ada masalah dengan pekerjaannya, aku mendapatkan anugerah di satu sisi...tuturnya. Dari dulu...ingin sekali mendapatkan gaji yang besar. Sekarang semua itu sudah tercapai...sekarang aku sudah berada di level yang aku cita-citakan dulu...tentunya seharusnya aku senang dengan semua itu. Tapi semua itu serasa hambar ... hidupku kering ... tuturnya sedih. Mungkin kau belum tahu...kalau aku sudah berpisah dengan istriku...lanjutnya bercerita.

Kaget juga aku mendengarnya...karena aku kenal dia cukup baik dan juga kenal dengan istrinya. Apakah gerangan yang menyebabkan mereka terpaksa berpisah begini. Lalu temanku tadi meneruskan kisahnya. Ada sesuatu hal yang menyebabkan mereka berpisah. Padahal mereka berdua masih sangat sayang satu sama lainnya...bukan orang ketiga...keempat atau semacam itu. Tapi yang jelas kini dia pisah dengan sang istri.

Aku pun menyatakan keprihatinanku pada temanku itu...karena terus terang...dari dulu aku kagum sama mereka...dan sangat suka mendengarkan temanku ini dulu bercerita tentang keluarga muda yang dibangunnya. Bagaimana dia dulu selalu menunggui istrinya pulang kerja...setelah kami selesai olahraga di akhir pekan...bagaimana ceritanya tentang mereka masak bersama...jalan-jalan dan tamasya berdua...benar-benar menginspirasiku untuk segera menyusul kebahagiaan mereka...menemukan tulang rusukku dan memulai kehidupan berkeluarga. Merasakan bahwa temanku itu kini...lunglai dalam kesepiannya. Tampaknya benar-benar rindu istrinya itu...tapi dia pun berada dibibir jurang simalakama yang membuatnya mengambil keputusan itu...sesuatu yang sesungguhnya di perbolehkan oleh agama...bercerai...tapi yang aku dengar Tuhan juga tidak suka dengan hal ini walaupun itu halal.

Diakhir ceritanya itu...temanku tadi berpesan...bahwa jangan sampai kami teman-temannya, mengalami hal yang sama. Betapa inginnya dia kembali ke masa lalu...disaat karir dan pendapatannya masih biasa-biasa aja...tapi mereka berdua masih hidup bersama...menurutnya sulit sekali menemukan pengganti mantan istrinya tadi. Lalu dia berkata lagi bahwa kebersamaan dan kebahagiaan hidup itu lebih penting dari segalanya. Uang dan lain-lain tidak ada yang dapat menggantikannya. Setelah saling mendoakan semoga kelak semuanya jadi lebih baik...temanku tadi pamit karena waktu berbuka sudah sebentar lagi dan dia mau siap-siap mencari makanan untuk berbuka, karena saat ini...dia jadi bujangan lagi.

Mengakhiri chatting kami...terus saja aku berpikir...benar juga semua perkataannya tadi. Aku dan istriku yang masih di anugerahi kebersamaan dan Insya Allah senantiasa dalam kebahagiaan, walau jauhnya jarak memisahkan...harus mensyukuri semua anugerah ini. Walau jauh...kami selalu saja punya waktu untuk melepas kangen dan rindu. Komunikasi lewat telepon membangunkan dia yang kucinta...sebelum dia bersiap sholat malam atau sahur disaat justru aku disini menjelang tidur berangkat ke alam mimpi-mimpiku. Walau jauh...kebersamaan ini...kesederhanaan ini...akan selalu kami jaga. Jadi hilang resah akan pekerjaan...pendapatan...jabatan atau apapun lainnya. Menyadari bahwa aku saat ini sebenarnya juga sudah memiliki hal yang paling berharga...yaitu kebersamaan dan kebahagiaan ... yang justru lebih penting untuk selalu dijaga dan dipelihara...Amiin.

Melihat saat ini dinegeriku...banyak orang berkuasa dengan jabatan dan uangnya...justru kehidupan mereka tidak bahagia. Istri entah dimana...suami dimana. Hati dan pikiran gelisah...karena tidak jelas hartanya yang melimpah datang dari mana asalnya...bisa saja sewaktu-waktu ada pihak berwajib yang menangkapnya. Jadi heran sekali...kenapa mereka yang sudah berpendapatan sangat tinggi itu...masih merasa kurang saja...dan rakus korupsi mengambil yang bukan haknya. Bukankah hidup sederhana itu indah. Merasa cukup atas segala nikmatNya...Nikmat Tuhan Yang Maha Rahman. Dia Yang membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Dia yang telah meninggikan langit dan meletakkan neraca keadilan. Dan Dia yang memerintahkan manusia untuk menegakkan timbangan itu dengan adil. Seperti firmanNya yang disampaikan berulang-ulang dalam salah satu surahNya di Al-Qur’an. ”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”

Duuhh...semoga saja aku selalu menyadari pesanNya itu dan senantiasa bersyukur dalam hidupku...

Menjadikan kebersamaan dan kebahagiaan sejati menjadi tujuan hidup berkeluarga.

Semoga temanku menemukan kebahagiaannya kembali...

Angouleme, 20 August 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun