"Gubrakkk!" Suara alarm mengagetkanku sampai terguling jatuh dari tempat tidur kesayanganku.
Cahaya matahari yang silau menerobos masuk melalui tirai ungu muda. Aku buru -buru membuka lemari tempatku menyimpan seragam sekolah.
"Tasya! Ngeliat kamu tiap pagi seperti ini buat Ibu malu saja, sih. Mandi sana!"
Pagi yang heboh, seperti biasanya. Karena setiap malam aku tak pernah absen dari kebiasaanku tiap malam, nonton drakor. Jujur saja aku lelah, hampir tiap hari tidurku kurang dari enam jam. Tapi mau bagaimana lagi, setiap episodenya bikin nagih, sih! Belum lagi Ibu yang selalu mengomel karena aku selalu bangun tepat saat Pembelajaran Jarak Jauh dimulai, jadi tidak sempat mandi.
"Iya Pak, Tasya Hadir." Sautku tidak semangat. Aktivitas weekday yang berputar begitu terus. Duduk enam jam menatap laptop tentu saja tidak ada serunya sama sekali, seandainya punggung belakangku bisa menjerit, mungkin ia sudah berteriak.
Kedua orang tuaku juga melakukan hal yang sama. Namun, yang membedakan itu mereka tidak duduk menatap laptop selama yang aku lakukan, mungkin paling lama hanya tiga jam saja. Selepas itu, mereka pergi mengurusi kedai kue milik keluarga kami hingga jam delapan malam, tidak ada pengunjung yang makan di tempat, yah memang dilarang,sih. Hanya beberapa ojol yang datang mengambil pesanan. Lantas aku setelah selesai PJJ langsung berjalan ke arah dapur untuk menyantap masakkan yang sudah Ibu masak seebelum ia pergi ke kedai.
Setelah makan siang, aku kembali ke kamarku dan meraih ponselku. Aku tidak memiliki kakak ataupun adik, karena itu aku selalu mengajak teman-temanku untuk datang ke rumahku, tapi itu dulu, sebelum ada Covid seperti sekarang ini, apa-apa serba dibatasi, demi keamanan bersama juga tentunya.Â
"Sore ini jadi kan, guys?" Sebuah notifikasi muncul dari salah seorang temanku. Aku membalas dengan menelponnya, "Yoi dong Lan, jadi, siapa nih jadinya yang buat zoom?"
Ucapku kepada Lana. "Pastinya Pasya dong, kan lu tau zoom nya premium, HAHAHA." Bukan, bukan teman yang kalian bayangkan, teman sekelas? Tetangga lama? Teman waktu kecil? Salah, kita saling mengenal karena payungnya yang sobek terkena ranting pohon yang runcing. Pada saat itu, hujan memang cukup deras dan berangin, kita sama-sama berjalan menuju stasiun bawah tanah yang jauh dari tempat berteduh. "Eh.., boleh.. anu, barengan payungnya? Payung gue bocor, nih." Walaupun aku tahu dia mengucapkannya dengan sangat sungkan, terbaca jelas dari raut wajahnya, aku mengangguk mengiyakan, lalu sampailah kami di stasiun bersama-sama dan ternyata kereta tujan kita pun sama! Dari saat itulah kami saling mengenla dan bertukar sosial media. Begitu pula dengan Ana, Pasya, dan Tari, kami saling mengenal dari sebuah kebetulan yang unik dan sebuah kebetulan yang besar pula mengetahui bahwa kami memiliki kesamaan, yang teramat rahasia.
Aku bergegas mandi, lalu mengambil banyak camilan di kulkas untuk menemani zoom bersama teman-temanku. Notifikasi dari Pasya terlihat sekilas mengshare kode zoom dan passwordnya. Aku ketuk notifikasi nya untuk membaca pesannya dengan lebih jelas. Aku buka aplikasi zoom dan masukkan kode serta passwordnya. "HAIIIII!" Teriak Tari si cempreng yang membuatku spontan menurunkan volume laptopku.
"Aduh, kebiasaan banget sih lo teriak-teriak, udah tau mic nya nempel begitu di bibir." Keluh Ana si bawel yang selalu saja slek dengan Tari. "Ehhh, udah udahh, Lan, hari ini kita mau nonton drakor apa nih, gue udah khatam semua."