Mianhae (mencoba menulis second point of view)
Â
Suara detak jantungmu yang berdetak tak karuan itu terasa membahana di seluruh ruangan ini, entah apa wanita itu mendengarnya atau tidak tapi suara detak jantung itu semakin kencang, sepertinya hatimu benar-benar tidak tenang.
Berkali-kali kamu mencoba mlirik ke arahnya, mencoba memastikan keadaan agar kamu bisa merasa sedikit nyaman dengan semua yang terjadi. Tapi, semakin kamu mencoba bagimu keadaan menjadi lebih sulit.
Dia sedang berbicara di telephone dan kamu jelas sekali mendengar setiap kata yang dia bicarakan, hatimu sepertinya semakin tak karuan, andai waktu bisa ku kendalikan mungkin kamu sudah memutar ulang waktu ke masa dimana semua ini belum terjadi, tapi kamu tetap harus sadar kalau semua itu tidaklah mungkin.Â
Kali ini detak jam yang menganggumu, suasana yang terlalu senyap ini terasa sedikit memperesuit keadaan. Kamu mecoba mengacak-acak rambutmu seakan keadaan akan membaik hanya karena rambutmu berantakan atau sekedar bisa membuatnya mengalihkan perhatiannya padamu agar kamu bisa bicara.
Kamu berharap bibirmu bisa bicara, walau satu kata saja kamu ingin kamu punya kekuatan untuk megatakannya.
"Mengapa mengatakan satu kata ini begitu sulit, bahkan aku tak bisa memaksa diriku untuk sekedar membuka bibirku.." kamu terlihat putus asa, terlihat frustasi dengan keadaan yang semakin jengah.
Matamu menatap diam-diam kembali perempuan yang masih duduk diam di tempatnya itu, "hm.. kamu benar-benar keras kepala dan hanya ingin aku yang memperbaiki keadaan.Tapi tahukan kamu kalau ini begitu sulit." kamu mencoba menyampaikan apa yang ada di hatimu tanpa membuka bibirmu dan mengeluarkan suara sama sekali, bagaimana bisa perempuan itu mendengarnya?
Satu kata, bukankah harusnya itu sangat mudah bagimu untuk melakukannya. "Ayolah, tidak sampai beberapa detik, tidak sampai satu menit.. lakukanlah, seprti seseorang yang berjiwa besar." kamu mecoba berbisik pada hatimu sendiri, mencoba meyakinkan pikiranmu bahwa ini tidaklah sulit. Tapi nyatanya kamu hanya bisa tertunduk lemah menyesali dirimu.
Â
Detik demi detik yang meningalkanmu semakin membuat hatimu resah, berkali-kali kamu mencoba menggerakan hatimu untuk berani, tapi berkali-kali juga kamu akan mundur satu langkah. Betapa kamu semakin menyesali dirimu sendiri dengan rasa takut yang selalu membuatmu lemah.
"ku hidup dengan siapa... ku tak tahu kau siapa..." dia bernyanyi, kamu paham benar apa maksud nyanyian itu, apa maksud sikap itu. Kamu bahkan benar-benar mengerti bahwa kamu hanya punya satu cara untuk membuat semuanya menjadi lebih baik, tapi rasa takutmu itu membelenggumu.
Kamu menoba mengalihan perhatian dengan cara yang unik, mencoba mencari sesuatu yang kamu tidak tahu itu, tapi nyatanya hatimu menuntunmu.. sebuah lirik lagu yang kamu cari sebagai pengalih perhatian itu bahkan menjawab dengan jelas sesuatu yang amat sulit kamu ungkapkan itu.
"Mianhae..."Â lirik laguyang kamu sukai itu jusru memiliki arti lebih bagi dirimu saat ini, walau berbeda bahasa tapi artinya tetap sama. Kali ini, hatimu memaksamu, benar-benar memaksa untuk mengatakannya, sau kata saja.. kata ini saja.
Tapi keadaan semakin sulit ketika kamu melihat dia tetap baik-baik saja tanpa perlu kamu mengatakan kata itu. Dia tetap bisa tertawa, tetap bisa berbicara tanpa kamu perlu mengungkapkannya.. tapi hatimu berkata lain, mungkinkah dia hanya menunggu kamu mengataknnya.
Langkahmu terlihat ragu, namun akhirnya kamu sampai di hadapannya. Kamu menatap matanya yang terlihat sendu, tapi dia masih berbicara, soalah kamu tak ada disana.. kamu menghelakan napas, mencoba mengatur emosi yang mugkin akan mempengaruhi semuaya, mempengaruhi sikap dan keadaan nantinya,tapi entahlah... kamu tetap sulit untuk mengatakan satu kata itu meski kamu mencoba.
"Mianhae" kata itu akhirnya keluar dari bibirmu, meski dengan sagat samar, meski dengan sangat lemah tapi kamu berhasil mengatakan satu kata itu. Tapi seseorang dihadapanmu itu menatapmu tak mengerti, kamu menyesali diri karena berharap dia bisa mengerti arti kata itu begitu saja tanpa petunjuk apapun. Kamu berhenti bertengkar dengan dirimu sendiri tentang satu kata yang lebih sederhana ini, hanya kata sederhana yang begitu sulit untuk dikatakan bila egomu masih brtengkar dengan hatimu.Tapi inilah saatnya... berhenti memperburuk keadaan, kamu harus menyelesaikannya, kamu harus memperbaiki segalanya. Maka untuk itulah kamu disini, menatap tulus ke arah dua bola mata dihadapanmu, mencoa mencari arti dari tatapan itu, mencoba mengatakan kalau kamu tuluskali ini..Â
"Maaf" dan kata sederhana  itu akhirnya dengan mulus keluar dengan suara lebut dari kedua bibirmu. Sebuah kata yang bisa membuat hatimu menjadi lega hingga ribuan ton rasa bahagia bisa memasuiya. Yah, hanya satu kata itu yang kemudan membuat keadaamu lebih baik. Jadi berhentilah berhayal dan lakukanlah, kamu hanya perlu mengatakannya sebuah kata maaf, dan kamu akan mnyadari bahwa benar semuanya segera membaik dan kembali seperti biasa dan hatimu menjadi bersih dan tenang, dan hatinya pun menjadi tenang.. hatimu dan sahabatmu terbaikmu.
"Mianhae..."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H