Mohon tunggu...
butho idjo
butho idjo Mohon Tunggu... -

Hanya seorang engineer biasa :) => http://butho.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Aku Seorang Gajah Mada...

16 Agustus 2010   23:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika aku seorang mahapatih Gajahmada, tentu aku akan bangga pada Pak Karno, Pada Pak Hatta dan pada pejuang-pejuang saat itu karena tepat pada hari ini, 65 tahun yang lalu, telah berhasil memproklamirkan kemerdekaan nusantara. Aku bangga, karena Madura dan Sunda yang dulu belum berhasil kupersatukan dalam wilayah nusantara, telah bergabung dalam nama Negara Indonesia. Aku sebenarnya tak terlalu peduli pada nama asalkan nusantara bisa bersatu, satu kesatuan. Meskipun, ada juga rasa kecewa karena kalimantan utara dan semenanjung malaya, lepas dari kesatuan nusantara. Tapi tidak masalah. Bagaimanapun aku tetap bangga pada perjuangan mereka. Tidak bergabungnya dua wilayah itu kuanggap sebagai PR bagi generasi selanjutnya untuk terus berjuang mendapatkannya. Ditahun 1960-an, semangatku kembali berkobar. Papua barat bergabung dibawah bendera indonesia disusul Timor Timur ditahun 1976. Salutku untuk mereka-mereka yang terus berjuang mempersatukan nusantara. Tapi, aku tidak tahu ini salah siapa. Mungkin juga salahku yang dulu tidak berhasil membuat generasi yang lebih baik dariku. Sehingga aku tidak bisa memberikan contoh yang jitu. Ternyata, mereka juga mengikuti jejakku. Generasi setelah mereka sangat mengecewakanku. Lepasnya Timor Timur sempat membuat kakiku kram. Ditambah lepasnya Sigitan dan Lipadan membuat tanganku kesemutan. Bukannya menambah, tapi malah sebaliknya. Salahku karena dulu tidak mewariskan ilmuku pada mereka, juga pada kalian-kalian sebagai generasi sekarang. harusnya aku mencatat semuanya pada buku, sehingga kalian bisa belajar banyak dariku. Akh, yang lalu biarlah berlalu. Sejarah buruk ini jangan sampai terulang pada anak cucu kalian. Camkan itu. Perlu kalian ketahui, kesuksesanku dulu berkat kekuatan armada laut yang kuat. Pasukan Bayangkaraku sangat kokoh mempertahankan negara. Tapi, kudengar ada selentingan yang membuat hatiku sedih. Semangat kalian dalam mempertahankan negara tidak sesuai dengan fakta yang kalian perbuat di lapangan. Lihatlah kapal laut kalian, lihatlah persenjataan kalian. Kemudian bandingkan dengan kapal dan senjata milik tetangga kalian. Aku tidak ragu pada semangat kalian. Perjuangan kalian. Tapi sekali lagi lihatlah, dan bandingkan. Bukankah kalian telah kalah sebelum berperang??? Sadarkah kalian??? Negara kecil itu, telah berhasil mengeruk kekayaan alam kita. Pulau yang kaya timah, disedot habis sama mereka. Aku tidak menyalahkan mereka yang membeli pulau itu, aku menyalahkan kalian yang telah menjual pulau itu. Diujung timur sana, mineral kita dikuras habis. Aku tidak menyalahkan mereka, aku menyalahkan kalian yang membiarkan kontrak jalan terus. Yang seakan tak bisa diputus. Dimana hak dan kekuasaan kalian sebagai pemilik negara??? Aku marah, tak sadarkah kalian??? Kutitipkan nusantara pada pundak kalian. Itu untuk diperjuangkan. Bukan malah diperjualbelikan. Sekarang, akh, aku semakin tak kuasa melihat tingkah laku kalian. Terlalu banyak kekecewaan yang harus kutuliskan. Para pelawak televisi kalian masukkan dalam parlemen. Sadarkah kalian akan akibatnya? parlemen menjadi dunia lawakan. Lucu, tapi garing. Aku tidak tahu, apakah aku bisa berharap banyak pada kalian. Inginku, generasi setelah kalian bisa mewujudkan mimpiku, persatuan, kesatuan dan kekuatan nusantara. Tapi, kenapa biaya pendidikan dibuat mahal? Apakah kalian tidak ingin generasi kalian menjadi pintar? Apakah kalian ingin generasi setelah kalian menjadi bodoh, lebih bodoh dari keledai? aku benar-benar tidak mengerti polah pikir kalian. Kesalahanku jangan diteruskan. Harusnya kalian bisa belajar dari kegagalan dimasa akhir hidupku. Kejayaan yang kuraih, hanya ada dimasa aku hidup, tapi tidak setelah aku mati. Matiku, juga mematikan nusantara yang kuimpi-impikan. Jangan teruskan kegagalanku. tolong. Jika kalian gagal pada hari ini, jangan berikan tongkat estafet kegagalan itu pada generasi kalian. berikan mereka peluang untuk belajar, belajar dari kegagalan-kegagalan kalian. Jangan menina bobokan mereka dengan keberhasilan-keberhasilan semu yang ada pada catatan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kutitipkan nusantara ini pada kalian. Mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamirkan adalah untuk diperjuangkan. Tolong, jangan diperjualbelikan. Masih banyak PR yang harus diselesaikan. Bersama, tentu akan kita raih kesuksesan. Selamat berjuang, dan, MERDEKA !!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun