Indonesia, memiliki jumlah populasi penduduk terbesar keempat dunia. Angkanya mencapai 278.696 juta jiwa pada tahun 2023 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah ini menunjukkan eksistensi dan kebesaran Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara.
Menariknya lagi, dari total jumlah populasi ini mayoritas di dominasi oleh usia muda dengan persentase terbesar berada pada kelompok umur 10-35 tahun. Selain itu, 6 dari 10 penduduk Indonesia merupakan penduduk usia produktif dengan persentase mencapai 68,62 persen.
Dalam konteks Pemilu dan Pilkada 2024, secara otomatis jumlah pemilihnya didominasi oleh pemilih muda. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa.
Jumlah tesebut menurut salah satu komisioner KPU RI, Betty Epsilon Idroos, miningkat cukup besar ketimbang daftar pemilih pada Pemilu 2019 yang angkanya mencapai 192,83 juta jiwa saja yang terdiri dari pemilih perempuan dan laki-laki.
Dari jumlah total itu, 52 persen atau 106.358.447 juta jiwa di antaranya adalah pemilih muda. Angka ini cukup membuktikan bahwa pemilih muda merupakan penentu masa depan bangsa dan negara Indonesia.
Kekuatan Pemilih Muda
Kelompok pemilih muda memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih kritis terhadap kontestan politik dalam banyak hal dan lebih selektif dalam menentukan pilihan politiknya.
Selain itu, pemilih muda juga dianggap mempunyai rasionalitas labih tinggi dalam menyaring informasi, tidak mudah terprovokasi, tidak gampang dibeli atau dimanipulasi serta senantiasa berpijak pada pengetahuan yang dimiliki.
Karena rasional, pemilih muda sangat dinamis dalam masalah politik. Mereka akan terus info atau preferensi mengenai kandidat atau partai politik tertentu sebelum akhirnya menentukan pilihan. Jadi, tidak ada jaminan pemilih muda mendukung si A sampai pemungutan suara.
Pemilih muda juga lebih menerima perbedaan, menghindari pertengkaran, permusuhan dan perpecahan. Pada saat yang sama, mereka justru menggemari diskusi, berdialog, saling adu gagasan untuk mendapatkan ide terbaik membangun Indonesia.
Dalam perspektif pemilih muda, Pemilu dan Pilkada harus dibuat riang gembira supaya semua bisa bahagia, bukan kegiatan yang menakutkan dan penuh ketegangan seakan-akan mau ada perang. Pemilih muda cenderung menghindari kandidat atau kelompok yang tegang sekaligus menegangkan.