Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memastikan Srikandi Indonesia Melek Energi Terbarukan

20 Juni 2024   16:03 Diperbarui: 20 Juni 2024   16:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto insinyur wanita yang bekerja di tempat turbin angin | iStockphoto.com

Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 serta menargetkan Net Zero Emission pada tahun 2060. Untuk mewujudkan ini, tidak ada cara lain selain bergantung pada Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Secara sederhana, Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah sumber daya atau energi yang dapat diperbaharui secara alami dan tidak terbatas dalam hal ketersediaannya. EBT meliputi Biofuel, Biomassa, Panas Bumi, Energi Air, Energi Surya, Energi Ombak dan Energi Angin.

Tentu saja butuh inovasi serta kolaborasi untuk mewujudkan tujuan mulia ini. Inovasi tersebut, sebagaimana jamak kita ketahui adalah teknologi sebagai alat mempercepat transisi energi, dari sumber energi fosil menuju energi terbarukan.

Pada saat bersamaan, keberhasilan transisi energi hingga pencapaian target Net Zero Emission 2060 tidak hanya bergantung pada teknologi, melainkan pastisipasi semua elemen, termasuk perempuan, dan ini yang dimaksud kolaborasi.

Hanya saja, perempuan dalam masalah energi masih dipandang sebelah mata dan diposisikan sebagai konsumen atau pengguna energi itu sendiri. Perempuan belum banyak dilibatkan dan dipercaya dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Banyak pihak mendesak pemerintah untuk segera meningkatkan peran para perempuan, dari pengguna energi menjadi pengembang energi. Selain karena faktor kesetaraan gender, peran perempuan menuju transisi energi adil juga sangat vital. 

Pelibatan Perempuan dalam Transisi Energi

Harus diakui, perempuan memiliki peranan penting dalam mewujudkan komitmen Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri, dan hingga 41% dengan bantuan internasional serta menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.

Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, kita dapat menyaksikan langsung bagaimana interaksi perempuan dengan energi seperti lampu, mesin air, kulkas, dispencer, rice cooker, mesin cuci, seterika dan lain sebagainya yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas mereka.

Artinya, realitas ini bisa menjadi modal utama bagi perempuan untuk menaiki level berikutnya yakni ikut terlibat dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), turut memastikan keberlanjutan bumi dan menjadi pelopor perubahan.

Mengetahui peranan perempuan dalam pemanfataan dan pengembangan energi terbarukan, pemerintah kemudian mulai sadar dan melibatkan mereka dalam proses transisi energi. Saat ini, sudah banyak perempuan mengisi pos-pos penting dalam pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun