Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memilih Pemimpin, Perlukah Salat Istikharah?

12 Februari 2024   05:47 Diperbarui: 12 Februari 2024   05:48 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto rangkaian doa bersama pemilu damai 2024 yang diselenggarakan KPU RI di Bentara Budaya, Jakarta (31/08/2023) | Kompas.com/Vitorio Mantelean

Memasuki masa tenang pemilu, penting untuk menenangkan hati, pikiran, lisan dan tindakan kita dari hal-hal yang dapat menimbulkan kegaduhan politik. "Debat capres-cawapres sudah, kampanye capres-cawapres juga sudah, debat antar pendukung perlu kita sudahi," tulis salah satu pengguna media sosial dalam sebuah status.

Masa tenang harus kita jadikan sebagai masa untuk menjernihkan hati serta pikiran, terutama bagi handai taulan yang selama ini cukup aktif mengikuti perkembangan pemilu tanah air atau yang melibatkan diri langsung sebagai bagian dari tim pemenangan salah satu paslon.

Kurang lebih 75 hari kita mengikuti rangkaian kampanye pilpres dan pileg, kegiatan yang cukup menyita waktu, tenaga, pikiran dan bahkan uang. Peristiwa yang menguji kesabaran sekaligus memicu tindakan emosional hingga muncul kalimat bijak, "Kepala boleh panas, tapi hati harus tetap dingin."

Di dunia nyata petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sedang berjibaku menurunkan Alat Peraga Kampanye (APK) yang bertebaran di mana-mana. Begitu pula dengan petugas atau panitia pemilu, memastikan tidak ada lagi kegiatan kampanye politik dalam bentuk apapun.

Langkah ini perlu dilakukan juga di dunia maya, perdebatan antar pendukung capres-cawapres perlu disudahi. Memang perlu kedewasaan sekaligus kesadaran dari masing-masing individu, mengingat dunia satu ini tanpa ada batas ruang dan waktu, serta sulit dikendalikan.

Bahasa sederhananya, bersih-bersih media sosial dari konten-konten politik yang berdampak pada kondusivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Waktu kampanye untuk paslon sudah habis, saatnya memantapkan pilihan.

Saling Curiga, Khawatir Terjadi Kecurangan dalam Pemilu

Sayangnya, ketika masa tenang pemilu tiba, desas-desus kecurangan kembali digaungkan oleh orang-orang tertentu. Mulai dari serangan fajar atau politik uang, intervensi, kampanye terselubung, pembagian bansos, penambahan jumlah DPT, dan lain sebagainya.

Tak hanya peserta pemilu, banyak juga pengamat, pemerhati dan insan pers mengendus atau mencium aroma kecurangan dalam pemilu kali ini. Berdasarkan fakta-fakta atau rentetan peristiwa yang terjadi selama proses pemilu berlangsung. Bahkan, ada yang membahas lalu mendokumentasikan dalam bentuk film dokumenter.

Termasuk dari penyelenggara pemilu itu sendiri turut serta mengantisipasi terjadinya pemilu curang yang dilakukan oleh peserta pemilu. Artinya, boleh jadi orang yang selama ini teriak-teriak pemilu curang sebenarnya dia pelaku kecurangan tersebut. Menuduh lawan politiknya hendak berlaku curang, padahal dirinya sedang merancang skenario kecurangan.

Saling curiga serta tuding terhadap lawan politik bahwa mereka akan melakukan kecurangan demi meraih kemenangan merupakan informasi yang terus tersebar di berbagai medium dan pada akhirnya muncul syak wasangka berlebihan pada orang-orang tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun