Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Guru dalam Menumbuhkan Tradisi Menulis Bangsa

23 Januari 2024   18:33 Diperbarui: 23 Januari 2024   19:24 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru sedang menulis | pixabay.com/skynesher

Saat memutuskan mengulas judul tulisan ini. Saya teringat sosok Imam Al-Ghazali, hidup pada tahun 450 H/1058 M -- 505 H/1111 M. Dia yang berjuluk Hujjatul Islam telah menjadi inspirasi bagi kebangkitan umat Islam pada masanya. Ungkapannya yang masih terdokumentasikan hingga saat ini, "Jika engkau bukan anak raja, dan bukan anak seorang pesohor, maka jadilah penulis."

Karyanya yang paling fenomenal atau Mega Best Seller adalah Ihya Ulumiddin. Meskipun sang penulis telah tiada, namun hingga kini ia tetap hadir menyapa para handai taulan dengan tulisannya. Memberikan wejangan tentang hikmah kebaikan dan kebajikan. Lewat tulisannya, banyak orang yang sadar lalu berbenah ke jalan kebenaran.

Di Indonesia, ada Abdul Malik Karim Amrullah atau familiar dengan panggilan Buya Hamka, sosok ulama kharismatik yang telah mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara Indonesia. Dia merupakan seorang guru, penceramah, politisi, wartawan dan juga penulis. Bukunya yang terkenal adalah Tafsir Al-Azhar, dirampungkan penulisannya saat dirinya sedang dipenjara.

Tulisan ini tentu bukan ingin membahas sosok orang yang punya nama lengkap Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali dan bukan dalam rangka memasarkan buku-buku karya Buya Hamka.  Namun, jadi menarik karena Al-Ghazali selain sebagai sosok guru pada Madrasah Nizamiyah di Baghdad, ia juga seorang penulis yang sangat produktif.

Bahkan, dari tangannya lahir ratusan karya tulis yang sampai sekarang dapat kita nikmati. Begitu pula dengan Hamka, dari sosok Hamka dan bukunya kemudian lahir guru sekaligus penulis semisal dengannya.

Membedah Tradisi Intelektual Masyarakat Indonesia

Diakui atau tidak, bangsa Indonesia hingga saat ini masih mempunyai PR besar terkait literasi menulis. Budaya masyarakat Indonesia yang lebih menyukai mendengar daripada menulis merupakan salah satu problematika yang mesti diselesaikan. Bahkan, sekadar mengutarakan ide serta gagasan secara lisan saja masih sulit dan ada yang cenderung diam.

Tengok saja misalnya, saat Abdul Somad, Das'ad Latif, Adi Hidayat dan penceramah lainnya menyampaikan tausiah keagamaanya, ribuan orang memadati ruang kegiatan. Namun, di lain sisi membiarkan buku-buku yang penuh dengan tulisan bergizi tergeletak begitu saja, tidak terjamah sedikitpun apalagi sampai terbaca.

Tentu, kegiatan mendengar bukanlah sesuatu yang buruk, hanya saja bila mencukupkan pada tradisi mendengar, maka jangan harap ada lompatan kemajuan pada bangsa Indonesia. Justru kita akan menjadi bangsa yang maju manakala tumbuh sumbur tradisi membaca, meneliti dan lebih dahsyat lagi bilamana menuliskannya.

Sayangnya, tradisi ini belum menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia Alih-alih mau mengembangkan literasi menulis, sekadar mengubah tradisi mendengar ke membaca masyarakat masih sangat sulit diterapkan. Inilah tradisi intelektual masyarakat kita yang telah lama menjerat bangsa ini.

Sebuah riset yang bertajuk "World's Most Literate Nations Ranked" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, tingkat minat membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara, yakni hanya 0,001%. Artinya, dari seribu orang masyarakat Indonesia, yang membaca hanya 1 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun