rumah tangganya, tergantung dari agama, budaya, dan juga mungkin status sosial meliputi ekonomi, pendidikan serta keturunan.Â
Setiap orang pastinya memiliki cara tersendiri dalam menjalani kehidupanMeski demikian, semua pasangan sepakat bahwa harapan utama mereka dalam membangun keluarga adalah abadi sampai mati. Dalam bahasa agamanya menggapai sakinah, mawadah, warahmah.
Hanya saja, memang semua harapan tidak serta merta sesuai atau dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam perjalanannya, tidak sedikit rumah tangga yang kandas di tengah jalan sebelum ajal tiba.Â
Buktinya, angka perceraian di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Artinya, orang yang mengikat janji suci dan berjanji untuk mempertahankan rumah tangganya banyak dilanggar sendiri.
Faktornya beragam, ada karena faktor ekonomi, status sosial, kasih sayang, kesehatan, perselingkuhan, pertengkaran atau KDRT, pilihan politik dan juga agama.
Biasanya, bila sudah terjadi konflik dan tidak mampu menemukan solusinya maka jalan satu-satunya adalah mengakhiri ikatan suci yang telah dipegang teguh bersama-sama, yakni perceraian. Inilah gambaran sederhana kehidupan keluarga.
Persoalannya kemudian, mengapa faktor-faktor perceraian tersebut di atas bisa hadir di tengah rumah tangga seseorang? Bukankah di awal menikah mereka sudah sama-sama saling berjanji bahwa apapun masalahnya akan dilalui dan diselesaikan bersama-sama? Mungkinkah di antara mereka sudah saling mengingkari atau menghianati janji suci tersebut, sehingga muncul ketidakpercayaan satu sama lain.
Pertanyaan ini perlu dijawab menggunakan logika disertai perenungan mendalam, baik yang sudah bercerai maupun belum. Benarkah alasan tersebut di atas menjadi pemicu utama terjadinya keretakan serta berakhirnya mahligai rumah tangga? Ini sebagai bahan evaluasi diri agar kejadian serupa atau hal-hal yang tidak diharapkan benar-benar terjadi disebabkan oleh kesalahan kita dalam memegang janji suci.
Konon, penyebab paling banyak terjadinya perceraian adalah ekonomi, pertengkaran atau KDRT dan perselingkuhan. Ekonomi misalnya, karena salah satu dari pasangan tidak mampu menafkahi atau enggan menafkahi keluarganya. Bisa juga karena faktor ekspektasi tinggi semisal gaya hidup hedon dari salah satu pasangan tersebut. Sehingga, berapapun jumlah yang diberikan akan tetap kurang.
Ada pula karena pertengkaran atau faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) baik verbal maupun nonverbal. Jadi, salah satu dari pasangan dimaksud acapkali menyakiti pasangannya dengan kata-kata dan bahkan menggunakan fisik hingga menimbulkan luka dan lain sebagainya. Hal seperti ini terjadi mungkin disebabkan beberapa faktor, baik internal maupun eksternal masing-masing pasangan.
Selain dua hal tersebut di atas, perselingkuhan termasuk salah satu sumber utama terjadinya perceraian. Mungkin karena sudah merasa bosan dengan pasangannya, tidak adanya kasih dan sayang antar mereka atau karena ada orang ketiga yang memang sengaja hendak merebut suami atau istri orang lain. Faktor perselingkuhan ini cukup ramai memenuhi hingar-bingar kehidupan rumah tangga saat ini.