Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menghadirkan Politik Silaturrahim

4 Desember 2023   07:49 Diperbarui: 7 Desember 2023   07:15 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mural bertemakan keberagaman menghiasi sebuah gang kampung di Mlatiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/2/2019).  (Foto: KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA) 

Istilah politik bagi kalangan elit maupun awam sudah tidak asing lagi, terlebih saat ini sedang memasuki musim pemilihan umum baik eksekutif maupun legislatif. Meskipun masing-masing orang memiliki sudut pandang berbeda dalam mendefinisikan politik. 

Misalnya, kita seringkali mendengar masyarakat pada umumnya mengartikulasikan politik sebagai aktivitas pemilihan umum saja, seperti pemilihan presiden dan wakilnya, gubernur serta bupati. Makanya, kalau pemilu tiba, muncul istilah "Musim Politik" di kalangan masyarakat.

Beberapa dari mereka mengartikan politik dengan "tata kelola pemerintahan, atau aktivitas pengambilan keputusan. Jadi, politik bukan hanya pesta lima tahunan atau pemilihan umum.

Namun, sejauh pemerintahan itu berdiri dan selama kehidupan manusia itu masih ada maka aktivitas atau proses politik masih terus ada. 

Biasanya, pandangan ini dikemukakan oleh para akademisi dan juga praktisi politik yang secara klaster mereka termasuk kalangan elit. Mereka termasuk orang-orang yang melek politik dan berkecimpung di dalamnya.

Saya sendiri tentu lebih sepakat dengan definisi kedua, karena bagaimanapun politik bukanlah sekadar pemilihan, tapi proses dan aktivitas setelah pemilihan itu jauh lebih penting. 

Artinya, bagi yang terpilih atau duduk di pemerintahan punya kewajiban untuk menunaikan janji-janji politiknya, mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara serta mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi semesta. Di luar itu, masyarakat memiliki tanggungjawab ikut serta mengawal pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Memang benar, riuh politik nampak terasa ketika pemilu tiba. Setelahnya, nyaris tidak terlihat kegaduhan lagi kecuali oleh segelintir orang saja. Boleh dikata, politik adalah pemilu memang ada benarnya, karena setelah pemilihan rata-rata lupa pada tugasnya. 

Pemerintah lupa pada rakyatnya dan rakyat lupa pada wakilnya. Ini bukan sekadar kacang lupa kulitnya, tapi kacang dan kulit sama-sama lupa dari mana mereka berasal. 

Sialnya lagi, saat "Musim Politik" tiba semua kemungkinan buruk dapat terjadi, termasuk permusuhan dan perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun