By. Bustamin Wahid
Makassar menjadi salah satu kota perjumpaan untuk alasan kedaulatan NKRI. Makassar menjadi titik pusat perebutan Irian Barat/Papua, dan Maijen Soeharto ditugaskan oleh Presiden RI (Ir. Soekarno) memimpin  komando Mandala dibentuk pada 2 januari 1962.Â
Tugas dan besar sebagai seorang perwirah militer, perang mandala menuntun Soeharto harus menguasai Indonesia timur 'katulistiwa' antara Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku, untuk perebutan provinsi pejuangan Irina Barat (kini Papua) kembali ke pangkuan ibu pertiwi.Â
Rasa mereka (orang-orang Papua) tentang kemerdekan bukan sekedar upacara bendera, tetapi mental tentang ber-Negara dan ber-Indonesia harus sampai pada semangat amanat nusantara hingga bangsa ini utuh bernama Indonesia.
Peperangan bukan bicara masalah nafsu dan emosi yang berapi-apit, tapi peperangan adalah cerita strategi yang dirumuskan dari ide dan gagasan. Idin presiden jatuh ketangan Soeharto adalah keputusan tepat. Soeharto tak sekedar perwirah muda, pendiam dan tenang, Â tapi juga berlian dan bijaksana.Â
Seoharto sebagai Komendan Perang Mandala (KPM), tiap-tiap rencana selalu dia (soeharto) tempuh dengan imajinasi-imajinas yang kolektif. Sebab ihtira tertinggi dalam setiap peperangan adalah jangan pernah merencanakan strategi yang salah sebab itu sama halnya dengan merencakan kesalah itu sendiri.
Ketegasaan, komitmen dan berkawan adalah hal yang melekat dalam diri seorang Soeharto. Perjumpaan seorang Soeharto selalu dituntaskan dengan nilai-nilai perkawanaan yang hangat. Kawan yang dalam peperangan adalah meraka yang mampu menuntaskan strategi untuk alasan bangsa dan Negara (baca: Amir Machmud).
Makassar Kota Imajinasi Dan Titik Propaganda
 Kita begitu serius membaca Indonesia untuk merebut Irian Barat, kita harus jujur bahwa kemaritiman kita bagia dari masalah dalam perangan terbuka.Â
Sebagai komendan mandala Soehato memimpin berbadai devisi yang jumlahnya 42.000 pasukan, manajemen strategi Soeharto diuji, belum lagi kondisi laut kita yang begitu luas (Baca Reviuw: O.G Roeder). Â
Geopolitik dan kecerdasaan territorial  harus dimaksimalkan, propaganda adalah salah satu bagian dalam peperangan. Seoharto meminta kepada masyarakat Makassar di kampong Ara (Bulukumba) untuk menyediakanan 20 kapal-kapal berbadan sedang untuk siyasat perang.Â
Dalam waktu 20 hari masyarakat Ara telah siapkan kapal-kapal ini dengan lengkap dan siap dikirim ke medan perang, Dari keyakina dan kepercayaan masyarakat setempat kapal-kapal ini dibuat dengan waktu yang tak  bisanya terjadi.Â