Mohon tunggu...
Busroni Wongsodimejo
Busroni Wongsodimejo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Local made, fragile, low explosive..\r\nPls, handle with care!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tim Nas U-19, Milestone Kebangkitan Sepakbola Indonesia?

13 Oktober 2013   00:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:37 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketika tim nasional sepakbola Indonesia U-19 beberapa hari lalu juara AFF Cup U-19 di Sidoarjo, perasaan saya biasa biasa saja. Meskipun prestasi itu disebut sebagai penantian 22 tahun. Mengapa? Bukan saya tidak menghargai pencapaian itu. Namun karena turnamen itu levelnya 'hanya' Asia Tenggara yang lawan lawannya secara tradisional pernah dikalahkan Indonesia. Saya tidak larut dalam euforia puja puji yang kadang membuat pemain terlena dan cepat puas.

Namun malam ini, saya harus angkat dua jempol sekaligus untuk skuad asuhan Indra Sjafrie ini. Kemenangan meyakinkan 3-2 atas Korea Selatan malam ini melepaskan katup 'klimaks' yang terpendam selama tiga dekade. Bayangkan selama tiga dekade, nyaris tim tim sepakbola Indonesia baik tim nas di semua level maupun klub semua tersungkur malah lebih sering kalah telak ketika berhadapan dengan tim tim Korea Selatan. Saking karena seringnya kalah secara psikologis membawa dampak kalah sebelum bertanding dan minder. Para pemain Indonesia seperti mengidap inferiority complex syndrome ketika berhadapan dengan Korsel. Sebenarnya hal ini bukan hanya dialami tim Indonesia namun tim tim dari Asia Tenggara lainnya.

Rekam jejak rentetan kekalahan itu sepertinya dimulai dari tahun 1985 ketika Korea Selatan menghadang laju HeryKiswanto dkk ke Piala Dunia Mexico '86. Sejak itu Korea Selatan makin maju dan selalu menjadi wakil Asia di Piala Dunia. Sementara Indonesia justru jalan di tempat atau malah mundur. Setiap bertanding melawan Korea Selatan nyaris suasana kebatinan orang Indonesia pesimis dan targetnya paling asal jangan jadi lumbung gol. Dan aura itu sepertinya juga menjangkiti tim nasional selama ini. Kekalahan dari Korea Selatan hanya bisa dibalas lewat badminton!

Namun malam ini tim asuhan Indra Sjafrie meruntuhkan tembok psikologis selama tiga dekade itu. Beberapa orang Indonesia mungkin akan merasa puas jika menang melawan Malaysia mengingat rivalitas berlatar belakang politik. Namun saya pribadi kemenangan tadi malam lebih bernilai dari sisi olahraga. Tentu saja selain level Korsel yang masih diatas kita juga karena faktor psikologis yang telah tertanam selama ini. Bahkan kemenangan itu bagi saya lebih bermakna dari lolosnya Evan Dimas dkk ke putaran final AFC Cup U-16 tahun depan di Myanmar. Dalam perspektif sosial mungkin kemenangan tadi malam bisa disebut sebagai milestone sepakbola Indonesia setelah dilanda masalah beberapa tahun terakhir.

Milestone bisa dibilang adalah peristiwa yang membawa era baru dari sebuah perjalanan. Dalam sejarah dunia kemenangan tentara Jepang atas Rusia dalam perang di Manchuria di awal abad 19 membuat orang Asia sadar bahwa mereka bisa mengalahkan ras kulit putih yang selama berabad abad menjadi ras unggul. Kemenangan Jepang secara psikologis turut memicu pergerakan menuntut kemerdekaan di Asia dan bisa dibilang itu adalah milestone bagi bangsa bangsa di Asia. Secara hiperbolik saya berharap kemenangan fantastis tadi malam adalah milestone sepakbola Indonesia.
Kemenangan itu semoga ikut menularkan spirit yang sama kepada timnas U-23 dan senior. Malam ini Ravi, Evan, Muchlis, Hargianto, Zulfiandi, Maldini, Udin, Sahrul, Putu, Hansamu, Yabes, Kurniawan(?) dkk serta tentu saja Indra Sjafrie telah menunjukkan caranya. Mulai saat ini harus ditanamkan bahwa siapapun lawannya bisa dikalahkan. Itulah spirit olahraga. Dalam sepakbola keunggulan secara teknis kadang dikalahkan faktor non teknis. Namun malam ini secara teknispun pasukan Garuda Muda tidak kalah.

Selamat dan terima kasih Garuda Muda...!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun