MAJENE,Sungguh menyayat hati. Melihat siswa-siswi ini harus belajar di gedung tak layak. Sejak 3 tahun terakhir, mereka harus belajar di reruntuhan bangunan pasca dilanda gempa bumi 6,2 M, 2021 silam.
Tak ada terbesik dibenak mereka, akan bagaimana jika kembali terjadi gempa di saat anak-anak ini sedang asyik mengikuti proses belajar-mengajar. Karena gedung yang selama ini ditempati menimba ilmu, jauh dari kata layak.
Misalnya saja, ruang kelas 3, 2, 5, dan 6. Begitupun dengan tembok sekolah. Tak lagi kokoh dan retak bangunan di mana-mana.
Kemudian, tak ada dinding pemisah antar kelas. Palpon, dinding semuanya ambruk dihantam gempa Majene-Mamuju, Sulawesi Barat yang bermagnitudo 6,2, itu. Sehingga suara ketika proses belajar-mengajar sangat mengganggu.
"Terganggu sekali kalau belajar pak. Karena tidak ada dindingnya pak. Tidak layakmi ditempati ini gedung pak," ucap salah satu siswa SDN No. 16 Inpres Tanisi, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, Rabu 13 November 2024.
Selain gedung yang tak layak, siswapun tidak kebagian kursi dan meja ketika belajar. Bahkan ada yang terpaksa melantai dan berdiri.
"Sebenarnya sudah lama ini kami dijanji-janji Pemerintah Kabupaten Majene. Katanya akan kena bantuan pembangunan, tapi sampai sekarang belum ada juga," kata Nursaid, Kepala SDN No. 16 Inpres Tanisi.
Pernah, lanjut Nursaid, Bupati Majene Andi Achmad Syukri, Kepala Dikdas Dikpora Majene Misbahuddin, Plt. Dikpora Majene, berkunjung ke sekolah. Namun sejauh ini belum ada tanda-tanda realisasi pembangunan gedung baru.
"Terakhir kemarin kami dijanji akan mulai direhab bulan Oktober, tapi sampai sekarang belum ada juga. Tapi kalau kami, sebaiknya gedung baru semua. Jangan rehab," jelasnya.
Bukan hanya ruang kelas yang ambruk. WC, ruang perpustakaan, dan kantor semuanya  tak bisa lagi ditempati.
"Hancur semuanya. Sehingga kalau mau buar air, harus ke rumah warga di sini. Begitupun dengan siswa, kalau mau buar air harus pulang ke rumahnya."