Saya lupa sejak kapan film G30S PKI mulai ditayangkan di TVRI, tapi sepanjang ingatan saya setiap tanggal 30 September pada pukul 20.00 maka tiba-tiba saja rakyat Indonesia kompak menyaksikan film G30S PKI. Kalau jaman itu sudah ada perhitungan rating dan share, maka ratingnya 270 dan share 100 karena jumlah penduduk yang mempunyai televisi di Indonesia pasti memilih menonton film itu atau yah dimatikan.
Seingat saya sampai jaman stasiun TV swasta pun, film G30S PKI tetap menjadi tayangan wajib relay pada tanggal tersebut. Pernah sekali RCTI mbalelo dengan menayangkan film barat pada jam wajib tersebut, eeeehhhhh belum sampai seperempat film, sudah diganti dengan adegan rapat pengurus PKI....hehehehehehe....mau mbalelo kok sama keluarga Cendana yang notabene masih tercatat sebagai pemilik RCTI.
Saking khatamnya nonton film kekerasan politik yang direstui dan diwajibkan oleh pemerintahnya, kita bangsa Indonesia sampai punya kutipan-kutipan yng monumental, salah satunya adalah "Darah itu merah Jendral" sambil seorang Gerwani menyilet muka salah seorang Jendral tersebut. Waaaahhh kalau jaman sekarang ditayangkan, Kak Seto langsung ribut kali....hehehehe.....
Belum lagi adegan pembunuhan Ade Irma Suryani, lalu pembunuhan Ahmad Yani yang pelurunya menembus pintu kaca dan dengan vulgar darah beliau membanjiri lantai. Ada juga adegan anak perempuan DI. Panjaitan yang menangisi ayah mereka sambil bermandikan darah. Lalu adegan penculikan Kapt. Pierre Tendean.
Dalam film ini, Kapt. Pierre Tendean adalah tokoh favorit saya, mungkin karena dia yang paling muda dan ganteng dari semua tokoh utama. Juga karena ada adegan dia memberikan coklat kepada Ade Irma Suryani dan kakaknya yang membekas sekali dalam hati saya. Lucunya, sekarang saya berkantor di jalan Kapt. Pierre Tendean....hehehehehehe....dan setahu saya Ibu Pierre Tendean berulan tahun ditanggal yang sama dengan saya.
Film itu sebenarnya sudah membuat saya sekeluarga bosan minta ampun dicampur dengan eneg karena kebanyakan adegan kekerasan yang sebenarnya tidak pantas saya saksikan saat itu. Bahkan saya bisa "melihat" adegan apa yang sedang ditayangkan hanya dengan mendengar suaranya, saking saya sudah hapalnya.
Yang menjadi pertanyaan sampai sekarang kok saya sama sekali gak trauma dengan adegan-adegan kekerasan dalam film itu. Tetap lho saya bisa berkali-kali menonton adegan penyiletan Gerwani dan juga penembakan Jendral Ahmad Yani. Perasaan saya lempeng aja.....mungkin sudah saking terbiasanya nonton film anti komunis itu.
Namun biar begitu saya senang dengan penyangan film besutan sutradara Arifin C. Noor tersebut, teman-teman saya akan ingat saya berulang tahun. Yup, saya ulang tahun 30 September, sehingga setiap kali film G30S PKI tayang, maka keesokan harinya mereka akan mengucapkan selamat bahkan memberikan kado seprti waktu saya SD. Memang terlambat sih tetapi bagi saya tetap berarti karena saya tak perlu ribut ngomong saya ulang tahun, otomatis teman-teman akan mengucapkan selamat ulang tahun.....hehehehehehehe....
Jadi ketika fim itu berhenti ditayangkan pada tahun 90-an tanpa ada "angin dan hujan" dari pemerintah, maka saya jadi sedih karena ulang tahun saya tidak monumental lagi bagi teman-teman saya. Sampai beberapa tahun banyak teman saya melupakan ulang tahun saya. Beruntung sekarang ada Facebook, jadi ulang tahun saya rame lagi......hehehehehehe.....
Untuk teman-teman saya Vidatra 96, khusunya Indri yang sekalu mengucapkan selamat setiap tanggal 1 Oktober, Winda dan Iyen yang ngadoin saya. Dan buat Aunty Laksmi yang membuatkan saya kue tart guedeeeee....Keluargaku yang tahun ini "lupa" ulang tahunku kecuali Bapak....hiks....hiks.....