Secara kebetulan, suami saya orang Gunung Kidul. Jadi saya punya kesempatan jalan-jalan ke Gunung Kidul. Tidak hanya saat mudik, tetapi juga liburan. Berbeda bagi orang luar Gunung Kidul, saya tidak melihat melulu kering dan tandus. Mungkin karena suka jalan-jalan, saya justru melihat Gunung Kidul mempunyai pemandangan yang eksotis. Apalagi jalan raya di pelosok Gunung Kidul (Yogyakarta keseluruhannya) terlihat mulus dan indah. Sehingga membuat nyaman berkendara maupun mata memandang. Tidak seperti di banyak tempat lain di Indonesia, dimana jalan rayanya membuat kepala pusing dan mata perih karena berlobang dan debu mengebul dimana-mana. Begitu pula, bila banyak orang hanya melihat Gunung Kidul dari keindahan pantainya ataupun pesona gua bawah tanahnya, maka saya melihat juga bahwa ternyata bukit-bukit yang memanjang menjadi bagian dari pegunungan sewu itu telah menciptakan lekuk-lekuk jalan naik dan turun secara fantastis. Salah-satunya adalah yang disebut Pot-Cucak. Sayangnya ketika mudik lebaran kemarin saya tidak bisa mengambil gambar di sana karena jalannya sedang diperbaiki. Selain itu pula saya tidak tahu apakah perbaikan jalan itu telah mencuil sensasi keindahan yang mendebarkan disana. Mendebarkan karena dari jalan yang naik tajam kemudian sedikit berbelok dan ternyata di depan sudah ada jalan menurun yang tajam pula. Sebagai penutup, saya tampilkan foto pemandangan di salah-satu telaga di pinggir jalan raya Wonosari - Baran. Memang sih, foto tersebut diambil saat akhir musim hujan, sehingga masih banyak airnya. Namun pemandangan yang disajikan membuat pikiran menerawang, ternyata Gunung Kidul itu benar-benar Handayani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H