Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan untuk Pendidikan di Indonesia

2 Mei 2015   15:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika bertanya kepada seorang murid, mau tidak dia ke sekolah favorit dari jalur olah raga, dia menjawab tidak mau. Ketika ditanya kenapa, dia menjawab adalah hal yang sangat sulit berteman dengan orang-orang yang berada lebih tinggi kelas sosialnya. Saya pun sebagai guru, hanya bisa menanggapi, bahwa justru dalam kehidupan kita tidak boleh gentar dengan siapapun dan sebaliknya akan ada harapan akan mendapat yang kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Namun, seketika saya bertanya kepada seorang murid yang sudah menjadi alumni, dan dia bersekolah di sekolah favorit, hal lain saya dapatkan. Sekarang ini dia sedang mengalami masalah berat. Ayahnya di PHK, dan ibunya menjadi penjahit. Dia pun menghadapi masa depan yang tidak pasti. Ditengah berbagai tugas dan tuntutan sekolah, dia harus bisa menjadi anak yang baik yang tidak menyusahkan orangtua, khususnya dalam keuangan. Maka saya pun hanya bisa memberi saran, bahwa dia dapat merintis usaha, karena agar bisa mendapat uang dari usaha yang halal. Karena sekarang adalah era industri kreatif, saya pun menyarankan dia bisa memulai dari hal yang sepele dari lingkungan sekitar.

Cerita tentang pendidikan, memang tidak sekedar cerita tentang kurikulum, nilai, kesejahteraan guru, kompetensi guru, maupun gedung sekolah. Pendidikan juga memuat tentang tujuan dan hasil yang seharusnya bisa secara konkret dirasakan setelah menempuh pendidikan jenjang tertentu. Ini pastinya bukan semata menjadikan anak didik menjadi robot industri yang berbekal selembar ijazah.

Tujuan dan hasil pendidikan seharusnya adalah tentang perubahan pola pikir, sikap, dan mental. Sayangnya sekarang ini banyak manusia dewasa yang sudah lulus dari pendidikan akhir, banyak yang masih berpola pikir, sikap, dan mental tidak dewasa. Maka tidak heran Indonesia masih belum beranjak dari berbagai masalah sepele yang seharusnya tidak ada lagi di usia yang 70 tahun nanti saat 17 Agustus 2015.

Ujian negara sudah kesekian kali berlangsung, banyak perguruan tinggi swasta yang beralih menjadi perguruan tinggi negeri pula, sertifikasi guru sudah memenuhi sasaran; akan tetapi kondisi nyata pendidikan di Indonesia masih di tempat yang sama. Ada siswa yang berprestasi ada pula yang terlibat kriminal, ada siswa yang bermobil ke sekolah ada pula yang harus menyeberang jembatan Indiana Jones. Semua itu sudah diketahui banyak orang. Tinggal masalahnya, sampai kapan bangsa ini masih bergulat dengan logika yang tidak jalan, seperti kasus ibu Asyani yang sudah tua renta namun divonis bersalah dan dihukum dengan masa percobaan 15 hari dan denda 500 juta ?

Tentunya para hakim dan jaksa adalah orang yang pintar, lulus sarjana hukum. Begitu pula para polisi yang menahan penyidik KPK Novel Baswedan. Mereka orang-orang yang bersekolah dan berijazah. Bangsa Indonesia yang telah membebaskan dirinya dari penjajahan seharusnya pula tidak hanya berhasil merdeka secara fisik, tetapi juga secara pola pikir, sikap, dan mental. Untuk itu, pendidikan di Indonesia masih jauh dari selesai. Masih perlu waktu lama untuk menghasilkan kualitasnya yang terbaik. Dan baiknya dimulai dari kalangan dalam sendiri, baik birokrat pendidikan, institusi pendidikan tinggi, para guru maupun dosennya. Mudah-mudahan selanjutnya wajah pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun