Akhir- akhir ini beberapa penyakit ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau sedang mewabah di sejumlah daerah di Indonesia, terutama di beberapa kota Jawa Timur. Salah satu Penyakit yang mewabah ini bernama Lumpy Skin Disiase atau sering disebut LSD.
Lumpy Skin Disiase (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disiase Virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili poxviridae. Virus ini biasanya menyerang hewan ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Sejauh ini belum ada laporan tentang penularan penyakit LSD pada ruminansia lain seperti kambing dan domba.
Penularan LSD umumnya melalui sentuhan kulit secara langsung, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur. Semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung, yakni melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD Â seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Selain itu penularannya juga bisa melalui vektor yaitu nyamuk, lalat, migas penggigit dan caplak
Kasus pertama LSD di Indonesia yaitu di Provinsi Riau pada pertengahan Februari 2022. Di karenakan penyakit ini sangat mudah menular pada ternak, penularannya pun sekarang hampir di seluruh provinsi di Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Rembang pada awal maret lalu tercatat ada 533 laporan kasus penularan wabah LSD ini.
Tanda klinis utama LSD adalah lesi kulit kulit berupa nodul (Benjolan) berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor, dan ambing. Pada kasus parah nodul-nodul ini ditemukan hampir di seluruh  bagian tubuh ternak. Gejalanya diawali dengan naiknya suhu tubuh ternak yang drastis hingga lebih dari 40.5 derajat celcius.
Banyak sekali dampak yang diakibatkan dari mewabahnya penyakit ternak LSD seperti di bawah ini. Yang pertama yaitu kerugian ekonomi, tentu saja dengan mewabahnya penyakit ternak sangat merugikan para peternak, karena sapi yang sudah terkena LSD pasti akan mengalami penurunan harga yang signifikan. Sedangkan kerugian ekonomi lainya adalah terhentinya pasar-pasar ternak yang menyebabkan roda perekonomian terhenti tiba-tiba. Dan pada tingkat nasional, Indonesia tidak bisa melakukan ekspor ataupun impor ternak sapi ke negara lainnya.
Adapun untuk penanganan LSD ini ada beberapa cara, yang pertama yaitu dengan melakukan perawatan lesi pada kulit menggunakan semprotan obat luka, yang kedua yaitu menggunakan antibiotik sebagai pencegahan infeksi kulit sekunder dan pneumonia, selanjutnya yaitu dengan menjaga nafsu makan hewan melalui pemberian obat penghilang rasa sakit anti inflamasi. Selanjutnya yaitu melalui penyaluran cairan obat melalui pembuluh darah, dan yang terakhir adalah penggunaan vaksinasi yang efektif untuk mencegah tertular virus LSD.
LSD merupakan penyakit menular yang menyerang jaringan kulit hewan ternak ruminansia besar, penularannya bisa melalui berbagai macam cara, yakni secara langsung antara ternak dan juga secara tidak langsung melalui perantara alat -- alat peternakan yang terkontaminasi virus LSD. Oleh karena itu, peternak, distributor, atau orang-orang yang bersinggungan dengan hewan ternak dari beberapa kandang harus berhati-hati dan memperhatikan gejala-gejala penyakit LSD pada ternak yang dimiliki, apabila terlihat indikasi bahwa ternak tertular LSD segera lakukan penanganan yang sesuai dengan tertera di atas, apabila terlambat dalam penanganan segera hubungi dokter atau mantri hewan terdekat untuk dilakukan pengobatan yang lebih tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H