Dalam kajian semiotik teks tak bisa lahir begitu saja dalam ruang kedap udara.Selalu ada makna atau konteks yang dilekatkan di dalamnya.
Makna inilah yg bisa diproduksi oleh siapa saja dg kepentingan apa saja.Simbol dalam uang yg yg menjadi kewenangan Bank Indonesia saja entah oleh siapa dimaknai mirip "palu arit", saya pernah lihat rekaman di youtube entah siapa yg memproduksi ada yg memaknai syair dan kostum beberapa musisi luar negri dan dalam negeri sebagai utusan dan jelmaan "dajjal" yg dipercaya utusan iblis untuk merusak umat manusia menjelang kiamat. Entah bagaimana makna itu dibangun.
Dalam pidato pasca pelantikan Gubernur Dki, giliran kata "pribumi" yg meluncur dari mulut Anies Baswedan yg masuk dalam ruang pemaknaan liar.
Ada yg memaknai rasis hingga ada kelompok yg mempolisikan.Pemaknaan ini jelas dibangun dari rentetan peristiwa yg tdk bisa dilepaskan khususnya ketatnya kontestasi pilkada DKI dan fenomena penggunaan istilah SARA dalam ajang pilkada yg saya sebut "produsen konflik" yg dilegalkan negara.
Mari kita lihat struktur yg bisa dijadikan sumbu untuk menarik makna atau konteks dalam istilah "pribumi" yg disampaikan Anies.
-Teks: secara tekstual, jika kita dengarkan utuh atau baca transkrip lengkapnya  kata pribumi yg disampaikan Anies tak terkait dg SARA atau etnis tertentu, subyektivitas saya Anies ingin menarik kejadian sejarah perjuangan kolonialis untuk memotivasi warga DKI untuk bangkit membangun jakarta
Sosok Anies: subyektivitas saya, secara historis  (sebelum pilkada DKI) ,pidato,pernyataan dan lontaran anis selalu tertata, jernih dg logika dan makna mendalam,tak heran jika dia ditunjuk sbagai jubir jokowi saat pilpres,karena image nya positif. Jika kita gunakan ini utk memaknai transkrip pidato anies, semangat anies masih konsisten
Anies dan Pilkada DKI : Nah yg paling sulit adalah menjadikan historis dari fenomena ini sebagai sumbu utk memaknai, karena anies tdk berdiri sendiri, ada sandi (wagub) ada parpol pendukung, ada pendukung dan ada kepentingan yg ingin melanjutkan kemenangan pada Pilpres mendatang atau pilkada di tempat lain.
Pada sumbu ketiga inilah makna kata pribumi menjadi kontroversi yg kemudian dicarikan dasarnya untuk digoreng.Ada hstorisitas kejadian kontestasi yg begitu ketat dan diwarnai kasus ahok da demo berjilid jilid. Dalam konteks politik, istilah "pribumi" seperti juga Almaidah rentan jadi komoditi, saya tegaskan dalam Konteks Politik atau bagi para Politisi yg hanya bertujuan utk kekuasaan.
Yang ingin saya sampaikan adalah apakah jakarta akan menjadi lebih baik jika semua dijadikan komoditi politik,apakah indonesia akan lebih bermartabat jika semangatnya adalah pertarungan saling mengalahkan,pwrtanyaanya, akan sampai kapan?. Suatu saat rakyat akan MEMAKNAI bahwa memerangi kemiskinan, menegakkan keadilan, mewujudkan kemandirian, bahkan membela agama bagi para elit sebenarnya bukan TUJUAN tapi sekedar KOMODITI lima tahunan.
Akhirul kalam, penulis mengidolakan Ahok (saat jdi gubernur) dan Anies Baswedan (sebelum jadi gubernur).Andai saya Jokowi dan pernyataan ini saya sampaikan secara resmi di istana negara,saya jamin,akan memroduksi makna berjilid jilid.