Mohon tunggu...
Burhan Lukman Syah
Burhan Lukman Syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Al Faqir

Sepak Bola adalah hobinya membaca dan menulis kesukaanya, traveling untuk mengetahui ciptaannya. Nothing Last Forever but better day are coming.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Islamic Education according to Syed Muhammad Naquib Al Attas

29 Oktober 2022   09:40 Diperbarui: 29 Oktober 2022   09:50 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

_Pengantar Buku "The Concept of Education in Islam" karya Syed Muhammad Naquib al-Attas_

* Jika kita ingin melihat genealogi konsep pendidikan Islam, dapat kita lihat di dalam proceeding yang disampaikan Beliau ketika Musyawarah Besar Ulama' Muslim di Makkah dan Pakistan, sekitar tahun 70an akhir dan 80an awal SMN al-Attas menerangkan kandungan buku ini. Bila kita telisik kandungan buku ini juga ada di dalam Risalah untuk Kaum Muslimin dan karya beliau Islam dan Sekularisme di Bab _de-Westernisasi_ Ilmu, menariknya pada bab ini konteks yang digunakan lain dari buku aslinya. Maka kita akan menemukan hal baru untuk di kaji lebih lanjut.

* Pendidikan merupakan suatu percakapan antara Guru dan Murid, orang lain kepada kita, kita dengan diri kita, bahkan Allah dengan makhluk-Nya. Percakapan ini bukan sekadar percakapan biasa namun percakapan yang komplek dan rumit, percakapan yang serius, sebagai contoh percakapan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

* Di awal _preambule_ buku SMN al-Attas telah mengajak kita berkenalan dengan _key concepts_ atau -
_key terms_ (mengambil istilah dari Prof. Hamid Fahmy) pendidikan Islam diantaranya; _the concept of religion_ _(Din); the concept of man_ _(insan); the concept of knowledge_ _('ilm and ma'rifah); the concept of wisdom_ _(hikmah)_;_the concept of justice_ _('adl); _the concept of right action_ _('amal as adab)_; _and the concept of the university_ _(kulliyah-jami'ah)_

* Dua Kesimpulan awal yang menjadi titik point besar dalam buku ini mengenai pendidikan Islam yaitu
1. Rehabilitasi Bahasa
Penekanan terhadap scientific Arabic language oleh al-Attas Yang Beliau tempatkan di bagian awal buku ini. Kemudian oleh Prof. Nor Mohd. Nor Wan Daud dalam bukunya Educational Philosophy of SMN al-Attas mengulas mengenai kepentingan Bahasa Arab yang dilihat dari
a. rumpun akar kata
b. _Semantic Field_
c. _Dictionary form authorized Ulama'_
Point a dan c merupakan _importance supporting system to point b_
Karena point a merupakan dasar dari Bahasa Arab dan point b merupakan perekaman kata yang digunakan sekaligus maknanya dari Ulama' yang otoritatif atau dengan kata lain sebagai _alturasi_ i.e hakim. SMN al-Attas telah mencantumkan beberapa Ulama' yang menuliskan _dictionary_ di buku ini. (jika ingin melihat contoh medan semantik bahasa bisa lihat film _The Professor and Mad man_). _Semantic Field_ Inilah Yang membahas mengenai makna kepada akar yang sama, kemudian menghasilkan jejaring makna dalam membangun kerangka bangunan Worldview Islam atau bahasa Prof Alparslan _arkitektonik the Worldview of Islam_. Jejaring makna ini juga di Bahas di Disertasi SMN al-Attas. Urgensi ini Bahasa Arab untuk merehabilitasinya adalah guna menangkal dekonstruksi makna dan penyempitan makna.
Dalam _semantic field_ juga berperan _Qur'anic reorganization with New Arabic Language that changed Jahili Arabic Language_ dengan kata lain adanya Islamisasi Bahasa dari Al-Qur'an. Dan diterapkan kepada kehidupan umat dengan Nabi sebagai pembawa risalah sekaligus pemimpin.

_Scientific on Arabic_ itu dibuktikan dengan adanya _tafsir dan ta'wil_. Dua metode ini merupakan alat intuk memahami ayat _muhkamat, dan mutasyabihat_ dari ayat Al-Qur'an, alam semesta dan diri kita sendiri yang ketiganya itu merupakan tanda _ayat or sign_ yang pertama merupakan _KalamuLlah_ dan yang seterusnya adalah makhluk ciptaan Tuhan. Kita menggunakan dua metode itu untuk tujuan mengenal Allah SWT dan berjalan di jalan Allah di muka bumi dan akhirnya sampai di Akhirat. Menariknya menurut cand. Dr. Rijal dua metode ini lebih superior dari Metode Hermeneutika yang bertumpu dan menuju kepada skeptisisme dan objek kajian sebenarnya hanya di budaya dan kebudayaan manusia. Sedang Dua metode ini mengkaji dari segi yang lebih luas _dzahir and intense on dzahir_ dan _approach on exactly science_ dengan kerangka awal dan akhir; _Semantic Field_ yang dipahami dengan dua metode ini. Ia juga sebagai alturasi kepada ilmu yang keluar belakangan atau dari budaya peradaban lain.

2. Rehabilitasi pikiran dan Ilmu
Selanjutnya dalam merehabilitasi pikiran dan ilmu SMN al-Attas mengkategorikan bahwa pendidikan itu terdiri dari isi, penerima dan pengantar, metode. SMN al-Attas membuka dengan penerima dan pengantar dengan pemahaman konsep manusia atau _insan_ dengan _hayawan nathiq_ dengan menyangkal adanya penyempitan dan dekonsentrasi bahasa saat ini. Konsepsi manusia yang memiliki tubuh dan ruh, dzahir dan batin dijembatani dengan _aql_ yang mana ia juga sifat manusia atau disebut sebagai ilmu. Kemampuan untuk menerima, menyerap, mengolah, mengambil kesimpulan, menilai, menyimpan adalah suatu keistimewaan manusia oleh karenanya hanya manusia yang layak dan bisa di didik dan melakukan pendidikan.
Setalah kita mengerti manusia dan konsekuensi ini, maka _content_ pendidikan bulan sekadar transmigrasi pengetahuan, atau menjadikan ilmu hanya sebagai alat untuk melakukan ini itu, seperti teknologi dan science. Ilmu terkait dengan tujuan ia datang, ia datang dari _Din_ Islam, dari Allah SWT. Bukan pula ilmu datang dari ilmu, filsafat, ataupun science dan ilmu bukan untuk menuju kepada ilmu lagi.


Sejak kita memahami definisi SMN al-Attas mengenai ilmu.

(Sampainya makna kepada jiwa kita yang dihantarkan kepada Allah Ketika kita sudah berusaha dengan persiapan, dan dengan adab mencari ilmu sebagai syarat mencari ilmu dan menyadari tujuannya dan dari mana ilmu didapatkan (dengan kata lain tidak sombong, ikhlas, jujur, memahami tujuan mencari ilmu, sabar, istiqomah, tawakal dsb.) Dapatlah kita suatu makna tersebut yang menghantarkan kita kepada pemahaman yang lebih tinggi, dibukakan penutup _hijab_ dari kehidupan ini, sehingga tidak sempit dalam melihat segala sesuatu dan menjadi manusia yang adil bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya dalam hierarki wujud dan kebenaran sesuai dengan visi pandangan hidup Islam mengenai realitas dan kebenaran, i.e. _The Worldview of Islam_.)

* Makna yang kita dapat juga bukan sembarang makna ia harus di verifikasi dalam runutan pengkajian sesuatu final authority yaitu Qur'an. Inilah _scientific tradition_ dalam epistemologi peradaban Islam.
Karena ilmu ini sebagai makna yang datang dan di datangkan oleh Allah maka di sana ada hak dan kewajiban, bahkan semenjak kita memahami bahwa konsep _din_ adalah ke-berhutang-an antara makhluk dan Tuhannya. Kita membutuhkan ilmu yang diamalkan, ilmu yang diakui datang dari Allah dan ilmu itu perlu di praktekkan, disebarkan i.e. recognition and acknowledgement. Bahkan sifat ilmu yang harus diamalkan ini  imperatif cenderung ke forcing atau memaksa kita secara _ethical epistemic domain_ (ranah etika intelektual) yang berkaitan dengan penyelidikan kita terhadap sesuatu, secara _ontological domain_ (ranah perwujudan kita) terkait eksistensi dan esensi kita sebagai manusia yang diciptakan dengan adanya keistimewaan yang kami sebut di atas , dan yang paling penting adalah _theological domain_ terkait dengan konsep Agama Islam _din_ dengan Allah SWT yang kita dengan makna itu kita menuju kepada-Nya dan menjabarkan dalam kehidupan bersosial, berpolitik, berekonomi, pendidikan, dan seluruh ranah kehidupan kita di dunia ini. Agar tidak tertipu (Mengutip Kyai Haj. Hasan Abdullah Sahal. _"Dunia ini hanya mainan, tapi jangan sampai dipermainkan. Dunia ini hanya tipuan, maka dari itu jangan sampai kena tipu"_) dan terus bersyukur (Ada kata-kata mutiara dari Jawa
"Memaknai syukur itu tidak harus dengan ucapan, tetapi dengan _NRIMO ING PANDUM Wong urip kuwi gur mampir ngombe_ _Ngombene sing enak sisan ben kuat neng perjalanan_ (menerima dengan persiapan yang banyak dengan minum yang banyak sehingga kuat di perjalanan).

* Kenapa harus manusia? Karena manusia dengan sifatnya ia lebih bisa mangartikulasi penghambatan dengan bahasa yang diproses dengan akal budi pikirannya dengan landasan _The Worldview Islam_ yang kami ulas di atas. Manusia inilah paling muhkamat dari seluruh alam semesta yang ia bisa memahami le semuanya itu guna menuju kepada jalan Penciptanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun