Mohon tunggu...
Burhan
Burhan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Warga Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melesetnya Tujuan Keberadaan Daging Qurban

29 Oktober 2012   02:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allaahu akbar wa lillaahilhamd.

Puji syukur ke hadhirat Allah SWT yang telah memperkenankan kita merayakan Idul Adha tahun ini. Suatu hari anugerah dari Allah agar dapat dijadikan momentum bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya dengan suatu ritual yang kita kenal sebagai berqurban. Karena memang kata ‘qurban’ sendiri berasal dari bahasa Arab yang dapat dimaknai dengan ‘mendekatkan diri’.

Ritual qurban ini biasa dilakukan dengan menyerahkan hewan qurban yang akan disembelih, kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada saudara kita yang kurang mampu. Dan begitu berharganya daging qurban bagi orang yang kurang mampu sehingga seperti yang kita tahu dari pemberitaan di berbagai media massa, bahwa banyak orang telah mengantri pada jumat malam di Mesjid Istiqlal, padahal pembagian daging baru akan dilaksanakan esok paginya. Ini menandakan mereka sangat tidak ingin kehabisan daging qurban yang mereka rindukan selama setahun ini.

Namun saat ini tampaknya terjadi pergeseran capaian dalam ritual qurban khususnya di Indonesia. Daging qurban tidak lagi sepenuhnya diperuntukkan untuk kalangan kurang mampu yang kemungkinan besar hari inilah saatnya kesempatan sekali dalam setahun untuk memakan daging. Akan tetapi dibagikan pada warga sekitar lokasi pemotongan tanpa pandang status sosial, bahkan orang kaya pun diberi daging qurban asal masih termasuk warga setempat. Tentunya tujuan adanya daging qurban yakni agar tiada saudara kita yang tidak bahagia di hari raya ini meleset dari sasaran.

Ini memang terlihat seperti hal yang sepele, namun sebenarnya ini adalah hal yang sangat penting, paling tidak dalam pandangan saya. Karena segala sesuatu yang tidak sesuai tujuan bukanlah sesuatu yang dapat dibiarkan begitu saja.

Tentunya kita sama-sama telah paham bahwa Allah tidak akan suka jika ada satu saja orang yang beriman bersedih pada saat hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, karena memang di dua hari raya ini kita semua selayaknya bergembira. Pada Idul Fitri kita dapat memberi kebahagiaan pada orang yang tidak mampu dengan membaginya Zakat Fitrah. Maka pada Idul Adha kita dapat memberi kebahagiaan dengan membaginya daging dari berqurban.

Bagaimana perbedaan rasa bila ternyata tidak kebagian daging qurban. Yang mampu mungkin bisa saja menenangkan anaknya dengan berkata, “Iya, sayang. Besok kita beli ya…”

Lalu apakah bisa yang kurang mampu mengatakan hal yang serupa ketika anaknya bersedih hati karena tidak mendapatkan daging? Mungkin yang bisa dikatakan adalah, “Sabar ya, Nak. Doakan Bapak supaya nanti bisa beli…”

Dan mari kita bayangkan pula dampaknya jika memberi daging qurban kepada yang mampu dibandingkan dengan orang yang memang kurang mampu. Orang yang tergolong mampu memang akan merasa senang karena mendapatkan daging yang bisa digunakan untuk nyate bareng tetangga. Coba kita bandingkan dengan orang yang tidak mampu akan sangat membuncah hatinya karena dapat memakan daging yang begitu mewah bagi mereka. Seorang Ibu akan sangat berbahagia memasak sambil membayangkan buah hatinya tersenyum karena bisa memakan daging yang mungkin sepanjang tahun membuatnya penasaran. Seorang Ayah akan sedikit lega dari rasa bersalahnya karena selama ini belum mampu memberi makan keluarganya dengan daging yang notabenenya bergizi. Seorang anak akan berkata, “Alhamdulillaah. Hari ini makan daging enak buatan Ibu.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun