Di seberang jalan sana, terlihat onggokan bangunan tua memanjang, tembok-tembok lusuh tak lagi memamerkan keangkuhannya, kaca-kacanya yang pecah pun tak kuasa menahan malu kejelekannya, kini disekitarnya terlihat bangunan-baru yang megah nan indah.
Dulu bangunan tua yang angkuh penuh kesombongan mampu memamerkan kedigdayaannya kala rakyat masih tertindas. Kala bangsa penjajah masih sibuk cari mangsanya.
Di balik tembok keangkuhan, sebuah pasar tua terasa sepi ditinggalkan pembelinya. Terpampang di depan tulisan "Pasar percontohan". Kini pembelinya pindah ke swalayan dan supermarket "Marjan". Sebuah hasil dari era kapitalisme yang baru.
Itu bukan hidupku,
Aku bukan bajingan, yang bisa menyakiti dan bertindak semau diri, yang bisa kamu bilang "fuck you", hanya bisa merebut dan merampas hak, mengambil dan menindas yang lemah.
Aku bukan pengemis, yang lemah tak berdaya, hanya mengandalkan tangan dari atas untuk yang dibawah, aku bukan orang lemah yang tak bisa mengubah nasibku. Bagaimana bangsaku bila aku lemah, tertindas lalu mati.
Aku bukan pengecut, penakut yang selalu lari dari kenyataan pahit. Mengumpat diri dari masalah, dan kerdil saat tantangan menghadang. Seorang munafik yang berkoar-koar dikamar kecil tempat mengadunya, yang tak kuasa bertanggung jawab atas dirinya.
Aku bukan ayam, yang kala mendekati senja menghilang tak bisa berbuat apa-apa, selalu lari dan bersembunyi saat tantangan anjing menghadangnya. Yang selalu menceker-ceker tanaman dan membiarkannya.
Katakan, aku bukan itu semua, It's not my life.
@disamping gedung tu
Casablanca, 24 Apr...
http://el-hilaly.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H