Smansa Genteng, setelah duhur.
Hari ini, sehari sebelum Idul Adha 2013 Masehi tiba di bumi. Aku menyempatkan diri untuk datang di SMAN 1 Genteng, apalagi kalau bukan urusan penelitian. Sekolahan yang dulu pernah rimbun oleh daun cemara ini kini kehilangan cemaranya, baik cemara yang tersirat maupun tersurat.
Sekolahan yang menjadi favorit di kota Gandrung ini kini sedang dalam rehabilitasi gedung, gedung yang dulu seperti itu kini sedikit demi banyak akan berubah menjadi desain yang serba kotak. Setidaknya itu mewakili pandangan umum tentang sebuah arti MODERN.
Di dalam ruangan yang agak sempit ini, duduk di depanku. Seorang dengan kacamata botolnya, seorang yang bertanggungjawab mengenai kurikulum sekolah. Dia adalah pak SULKAN.
Sekilas sama dengan namaku, dan aku yankin maksud orangtuanya dulu memang memberi nama yang dalam bahasa arab Berarti PERDAMAIAN.
Copying data, ngobrol ngalor ngidul terkait pendidikan dan sampai pada satu temuan yang sangat rahasia, yakni ******************* DEMI KEAMANAN NEGARA SENGAJA DISENSOR***************. Dengan senyum yang agak mengembang aku melaju keluar dari sekolah ini menuju tempat sekolah baruku, “Ruang Redaksi Radar Banyuwangi”.
Setelah berpuji syukur ke hadirat Tuhan YME. Siang yang sempit ini aku bisa mendapat berita tentang kurban di masjid Muhammadiyah, tentang reklame Bwi Fest yang hampir roboh.
Dan setelah itu, salamku pada cintaku yang ada di luar sana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H