Mengintip Pemahaman Foto di Kalangan Masyarakat Desa
Dokumentasi kini menjadi sesuati yang sangat mudah dilakukan. Tidak seperti beberapa dekade lalu, dimana keberadaan sebuah kamera masih menjadi barang mewah di kalangan masyarakat. Kini, hampir semua masyarakat bisa melakukan dokumentasi. Kamera kini tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya dimiliki kalangan berduit tebal.
Terlepas dari kualitasnya, kini setiap orang yang memiliki HP dipastikan juga memiliki kamera. Meski kualitasnya yang biasa, setidaknya kamera yang ada di sebuah HP bisa digunakan untuk mengabadikan gambar wajah seseorang.
Tren di masyarakat pun kini mulai melirik ke fotografi, baik sebagai penikmat, pelaku usaha taua konsumen dalam bentuk apa pun. Dulu, jika ada hajatan nikahan. Biasanya seorang fotografer akan bertugas saat proses akad pernikahan dan saat memepelai sudah dirias bak raja, biasanya kerabat akan berfoto bersama-sama. Itu dulu, saat teknologi kamera masih agak mahal dan belum banyaknya fotografer seperti sekarang.
Sekarang ini, dengan banyaknya model dan harga kamera yang cukup terjangkau sangat mudah untuk melakukan sesi pemotretan. Tidak jarang, proses itu dilakukan salah satu keluarga tanpa harus menyewa tukang foto. Namun, jika dicermati sepertinya ada yang masih kurang si (pendapat saya). Terutama dalam kebiasaan pemotretan di desa-desa.
1.Pre Wedding
Pada sesi ini, banyak sekali yang pasangan yang memakai konsep ala tuan putri dari negeri impian. Gaun panjang, menor-menor dan sang pria memakai jas safari lengkap dengan dasi, ge opo to kang.. kang..?
Padahal (ini menurut saya) foto pre wedding itu digunakan untuk mengabadikan momen sebelum pernikahan. Di sini kesan natural sangat ditonjolkan. Mulai dari setting tempat waktu dan pakaian yang dikenakan. Juga alur cerita yang tidak boleh terlewatkan. [Tapi manusia berkata lain]
2.Ketika Pesta Pernikahan
Secara umum, pesta pernikahan di desa dimulai di rumah pengantin perempuan. Saat yang menjadi unforgettable moment adalah saat rombongan pengantin pria datang ke rumah pengantin perempuan. Biasanya, setelah proses akad nikah selesai dilanjutkan dengan resepsi pernikahan atau lazim dikenal dengan walimahan.
Lha, sering saya melihat fotografer itu hanya doing nothing saat walimahan sedang berlangsung. Usul saya kepada fotografer, diperintah ga diperintah ada baiknya jika momen itu dijeprat-jepret. Eman-eman, apalagi kalau sampai MC terpeleset (seperti saya saat itu) namun tidak terekam. Hehehe
Ususl kepada tuan rumah, saat menyewa jasa fotografer, mbok ya sekalian bilang aja setiap detik momen dijepret. Karena menurut saya. Akan sangat berguna jika fotografer itu jeli, termasuk mengambil secara diam-diam gambar beberapa peladen yang agak masuk siapa tau dari sana sang fotografer bisa mendapat jodoh (kalau masih lajang)
Karena saya sangat sering menyaksikan, pemotretan saat pernikahan hanya berdiri di depan papan kuade bersama keluarga besar. Tukang isah isah sangat amat jarang terfoto. Padahal itu tidak kalah menarik lo gan….. (mg1 | 261013 | after typing news|
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H