Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahayul, Kebetulan, Atau Memang Jatah

25 Mei 2011   22:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kiyah Nyata;

Waktu menunjukan jam 23:44 WIB, baru saja kopi kuminum dan belum sempat kubayar, tiba-tiba petugas parkiran datang tergopoh-gopoh sambil bilang,” Bagiyo ngendat....Bagiyo nggantung neng emper....”

Semua yang ada di warung parkiran RSU kaget karena 2 jam yang lalu sekitar jam 21:00 - 22:00- an malam Bagiyo baru saja ngopi di warung ini juga. Sebenarnya tanda-tanda ganjil pada Bagiyo sudah nampak waktu sore tadi.

Bagiyo sore tadi datang bersama paklik-nya (pamannya), karena sudah 2 hari ini merasa takut seperti dikejar-kejar orang, dan dikerubuti banyak anak kecil. Kemanapun pakliknya pergi dia mengikuti, bahkan tidurpun satu tempat tidur, bahkan tadi waktu dibonceng motor Bagiyo berpegangan erat pada pinggang pakliknya sambil tangan yang satunya menutup kedua matanya, dan sungguh nampak ketakutan.

Ketika saya tanya penyebabnya mengapa jadi setakut ini, bagiyo dan pakliknya menceritakan bahwa Senin pagi kemarin (2 hari yang lalu) Bagiyo membersihkan ladang di belakang rumahnya (barat RSUD Ponorogo) dan disitu ada batu bata dan nisan bekas makam kuno yang tidak terawat, oleh Bagiyo batu-bata dan bekas nisan itu dikumpulkan dan dibuang ke sungai belakang rumahnya (selatan tempat batu bata dan nisan berserakan).

Kata orang-orang dulu di tempat itu dimakamkan sorang Penyebar agama Islam, dan orang tersebut mempunyai keahlihan dalam pengobatan bayi (anak-anak). Dan dulu tempat itu terawat karena sering diziarahi keturunan beliau, namun sekitar 10-an tahun terakhir dibiarkan tak terawat, bahkan oleh keluarga bagiyo mau dibangun kamar mandi.

Sebenarnya warga sekitar telah memperingatkan bapaknya Bagiyo untuk mengurungkan niatnya, namun kenyataannya nekad meneruskan membuat kamar mandi di lokasi itu.

Sehabis itu bagiyo selalu merasa dikejar-kejar orang berbadan besar dan dikerubuti banyak bayi.

Dan orang sekitar menyarankan untuk mengembalikan batu bata dan nisan itu seperti semula, namun bapaknya Bagiyo tidak menggubrisnya.

Tiba-tiba sekitar pukul 23:44 dikejutkan kabar kematian Bagiyo tragis gantung diri diteras depan rumahnya.

Sementara Polisi sibuk olah TKP, orang-orang sibuk berdebat antara hubungan tahayul atau kebetulan, atau bahkan jatahnya meninggal dengan cara itu”. Dan saya asyik menulis apa yang terjadi.

Dan sebentar lagi jenasah Bagiyo dibawa ke kamar mayat, yang kebetulan cuma berjarak 100 meter dari warung kopi di parkiran belakang.

“Semoga Alloh mengampuni dosa dan kesalahan Bagiyo, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.... aamiin....”

Sekitar jam 00:15 WIB saya berusaha mengirimkan tulisan ini ke ngeblogseharian.kompasiana.com gagal, dan saya tunggu sampai jam 01:15 WIB belum bisa, akhirnya baru jam 05:00 bisa saya buka.

(Kisah nyata, TKP benar adanya, Nama cuma samaran demi privasi yang bersangkutan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun