Ikhlas, tak mudah untuk mendefinisikan dan menerapkannya. Namun perlu dilatih dan dipaksa. Melatih pada diri sendiri dan memaksa diri sendiri. Kalau dipaksa bukan iklas dong?? Entahlah saya harus memaksa diri untuk mulai melakukan sesuatu. Ikhlas tak ikhlas urusan belakangan.
Banyak orang merasa berat ketika berpuasa dalam perjalanan. Kewajiban tetaplah kewajiban apapun yang terjadi harus tetap dijalani.
Jam 4 sore berangkat dari terminal Giwangan bus Mira yang kami tumpangi mulai merayap memecah kemacetan Yogyakarta. Tumben penumpang agak lengang, mungkin saja para calon penumpang lebih memilih berangkat sehabis magrib setelah berbuka puasa.
Terlihat beberapa penumpang banyak yang tertidur, sementara yang lain sedang memainkan ponsel, begitu saya. Sesekali membuka pesan medsos yang masuk. Sambungan internet bisa menjadi alternatif, meskipun di saat Ramadhan begini kebanyakan orang lebih asyik berdzikir.
Artikel-artikel bertema keagamaan menjadi pilihan. Andromax M2Y yang selalu saya bawa sejak keluar dari RS Mata Yap sudah nyala. Modem yang menjadi andalan baik di rumah, di tempat bekerja, maupun perjalanan. Panel indikator pada layar Andromax M2Y saya terus bergerak, pertanda laju akses tinggi ada yang nebeng internetan gratis. Saya tidak pernah ribet memberi password pada modem, toh saya pakai kuota unlimited pada kartu Smartfren saya.
Mungkin adzan magrib sudah berkumandang di sekitar kota Klaten, namun bus terus melaju tidak masuk terminal karena ada bus lain di belakangnya yang memburu.
Sebagian penumpang mulai mengeluarkan bekal bawaan yang sudah dipersiapkan untuk berbuka. Sementara yang lain menunggu sampai bus berhenti untuk membeli minum atau makanan.
Bus baru berhenti ketika memasuki terminal Tirtonadi Solo, para penjaja makanan dan minuman berebut naik. Suasana langsung riuh suara pedagang, saya memilih minuman mineral dingin dan nasi yang dibungkus mirip lemper isinya tahu tempe yang yang dibumbui kelapa, entahlah apa namanya. Tak lama bus berjalan kembali, penumpangnya tidak bertambah namun malah berkurang 3-4 orang.
Kira-kira memasuki Sragen bus berhenti mendadak, lalu mundur. Nampak puluhan pelajar menggerombol di pinggir jalan. Mereka langsung berebut naik. Wajah-wajah mereka lesu, dari obrolannya mereka rombongan anak SMU di kota Surabaya. Bus yang ditumpangi mogok. Mereka tanpak kesal, dari obrolannya kekecewaan pada bus yang mogok tidak bisa mereka tutupi.
Memang, bersedekah dengan sembunyi-sembunyi adalah amalan mulia, yang pelakunya dijanjikan pahala besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tujuh pihak yang diberi naungan oleh Allah, dimana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya." Begitulah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Salah satunya bersedekah dengam sembunyi-sembunyi ini. Tapi bukan tujuan itu, bisa menolong orang adalah suatu kebahagiaan.