[caption caption="Tak hanya ganteng dan cantik, sepasang akrobatik dari Kroasia ini juga lincah sehingga membuat para remaja histeris"][/caption]
Kedua insan berbeda jenis kelamin berjalan dari arah dan jalan yang berbeda, keduanya seakan-akan berjalan tanpa arah dan tujuan. Pandangan mereka kosong seperti orang kebingungan. Sedang mencari tapi entah apa yang dicari. Lampu penerangan yang temaram membuat mereka saling tidak nampak. Ketika keduanya sesampai ditengah lampu menyala dan membuat pertemuan yang tak terduga. Ada isyarat mereka saling membutuhkan. Mungkin mirip pertemuan antara Hawa dan Adam yang berjodoh namun terpisah beribu-ribu tahun. Pandangan mereka saling bertatap, dari pandangan pertama ini mereka saling menemukan kesepadanan, kecocokan, dan saling ketertarikan.
Kedua insan ini berkejaran, keduanya tak mampu menutupi emosi, mereka saling jatuh cinta. Mereka berlarian kesana kemari dengan lemah gemulai. Mereka dilanda asmara nalar mereka semakin tak terkendali. Mereka saling meloncat, saling menghindar, saling menggapai mirip jinak-jinak burung merpati, didekati berlari dan ditingal mencari. Mereka kasmaran, mungkin mereka sedang dibutakan oleh cinta pandangan pertama.Â
Cinta membuat mereka  melayang, menggapai keinginan, menggapai cita-cita. Mereka sepadan merasa seimbang, mereka merasa saling pantas. Mereka memutuskan terbang bersama menggapai hidup berdua, yang lelaki kokoh melindungi dan si perempuan lembut mengimbangi. Seutas tali mengikat mereka dalam kata cinta, tali kokoh tersebut menjadi ikatan cita yang membara, tali itu membawa mereka bahagai terbang melintasi awan menapaki udara.Â
Mereka (ber)cinta diudara. Mereka saling menjaga dan saling berpegang pada tali cinta untuk menggapai cita-cita. Perselisihan dan cobaan terkadang menimpa mereka, mereka berkeluarga diudara, mereka menyelesaikannya diudara pula.Â
Pertemuan, jatuh cinta pandangan pertama, saling jatuh cinta, saling bekerjasama, perselisihan, penyelesaian konflik mereka mainkan dengan cantik dan harmonis. Berkali kali para remaja terpesona dan bekali-kali pula berteriak histeris.
Padatnya penonton dan situasi panggung harus jeli dari mana saya bisa memotret, sebelum masuk saya membeli tiket VIP, saya beranggapan kalau dari tempat duduk VIP pasti tempatnya lebih dekat dengan pemain, dan saya bisa lebih bisa leleuasa memotret. Sesampai didalam saya kebingungan meski tempatnya lebih dekat dengan panggung permainan namun pemandangan terhalang oleh tiang-tiang pancang dan tali-tali tenda raksasa. Meski posisi bisa dari depan  tapi saluran AC yang bertujuan membuat nyaman penonton VIP malah mengganggu pandangan yang hoby memotret.
Saya cari akal, mencoba mendekat pada penjaga yang berada di batas antara VIP dan Kelas 1 ijin untuk tukar posisi namun penjaga tidak memerkenankan karena ditakutkan pemilik tiket kelas 1 tidak kebagian tempat. Akhirnya saya dan anak saya pura-pura ijin ke toilet, kebetulan toilet berada di dekat pintu masuk bagian selatan tenda raksasa tersebut.
"Kelas pinten bu..." tanya saya pada ibu-ibu yang sedang menuntun anak seusia TK.
"Kelas 3 mas.... "jawabnya.