[caption id="" align="aligncenter" width="507" caption="Jenius pemilihan lokasinya, cekungan Dam Cokromenggalan mirip tribun (dok Shandy)"][/caption]
"Johannes Karundeng", begitu ia memperkenalkan diri sambil salaman, dan diikuti 8 pemuda yang usianya jauh di bawah kami, pemuda-pemuda itu siswa SMK Ubud Bali datang ke Ponorogo atas prakarsa Johannes Karundeng, dia memfasilitasi dan memotivasi adik-adik SMK Ubud Bali itu untuk menonton, memotret, serta mengenal Reyog Ponorogo. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Johannes Karundeng memperkenalkan diri (dok pri)"][/caption] Dia datang berombongan dengan memakai mobil van, dan sebelumnya sudah mengontak salah satu teman kami (Adrin), dia minta untuk disiapkan pentas reyog komplit, dengan nuansa pedesaan, dan dipentaskan di kala petang datang. Suatu kebahagiaan ikut bergabung meski kapasitasnya hanya menemani, namun suatu pelajaran berharga atas momentum saat itu. Karena baru kali ini ada pesanan begituan. [caption id="attachment_324863" align="aligncenter" width="480" caption="Antusias adik-adik SMK Ubud Bali atas penjelasan mas Adrin (dokpri)"]
Luar biasa teman-teman bisa menterjemahkan permintaan via telepon itu, dipilihnya lokasi Desa Cokromenggalan sekaligus group reyognya, dan Dam Cokromenggalan yang rindang banyak pepohonan yang jauh dari rumah penduduk, dan berbentuk cekungan diharapkan penonton bisa melihat dari batu terasering yang menyerupai tribun, dan minimnya cahaya diakali dengan membuat oncor (penerangan tradisional dari bambu yang dikasih sumbu dan memakai minyak tanah). Dan ijin ke lingkungan, dan disarankan habis magrib, selain agar tidak mengganggu ibadah sholat magrib juga biar enak sama lingkungan.
Johannes karundeng tiba pukul 3-an sore, hari sudah mulai gelap karena saat itu mendung menyelimuti, sesuai dengan permintaannya untuk ikut terlibat mulai dari proses awal, merakit reyog, rias penari, sampai persiapan gamelan. Kedatangannya disambut gamelan bertalu-talu sebagai penghormatan untuk tamu yang akan datang, gamelan dibunyikan juga merupakan simbol bila tempat gamelan tersebut ada hajatan, mirip kentongan tanpa diundangi dengan suara gamelan orang akan berdatangan dengan sendirinya.
Begitu antusiasnya adik-adik SMK Ubud Bali bertanya dan kagum akan seni reyog, bertubi-tubi bertanya dan kami sempat kewalahan menjawabnya, namun ini sudah menjadi seni keseharian daerah kami bisa dan tidak bisa kami harus menjawab, dan harus dengan benar.
[caption id="attachment_324864" align="aligncenter" width="480" caption="bergantian merias diri (dokpri)"]
Mereka kagum karena para penggiat seni sendiri masih berusia muda seumuran mereka, dengan mandiri mereka mempersiapkan diri, merias diri, dan bergantian satu dengan lainnya. Dan orang yang lebih tua tinggal mengawasi dan mengarahkannya. dan tak jemu-jemu mereka mengabadikan dengan jepretan maupun video, dan sesekali kami harus menjawab apa yang mereka tanyakan. Dan Johannes Karundeng dengan sabar menjawab dan membantu adik-adik itu dalam mengambil gambar. [caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="Berdoa sebelum pertunjukan agar selamat (photo Shandy)"][/caption] Sehabis sholat magrib reyog diberangkatkan menuju Dam yang berjarak 300 meter dari tempat rias sekaligus home reyog. Sebelum dimulai sesepuh seni reyog memimpin memanjatkan doa agar selama pertunjukan selamat tidak ada aral melintang. Dam yang selama ini dikenal angker dan bersebelahan dengan kuburan menjadi riuh, penonton berdatangan karena mendengar alunan gamelan yang ditabuh bertalu-talu sejak ashar. [caption id="attachment_324895" align="aligncenter" width="540" caption="Dengan tertip penonton sekitar lokasi Dam Cokromenggalan menonton dari tepi dengan menggunakan penerangan oncor yang disediakan oleh penyelenggara (dokPri)"]
Jenius..... Teman saya memilih Dam Cokromenggalan ini untuk pementasan, selain nuansa pedesaan, juga mirip tribun, cekungan yang berupa plesengan (teras iring) bisa dipakai penonton untuk menikmati dari atas tanpa harus maju yang akan mengganggu penari tampil, sementara Johannes Karundeng dan adik-adik dari SMK Ubud Bali berbaur di pinggir dekat penari, dan sembari ceprat-cepret mengabadikannya. Dan mereka lucu-lucu dengan pakaian warok lengkap dengan blangkon.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Pentas tari warok (dok Shandy)"][/caption] [caption id="attachment_324884" align="aligncenter" width="486" caption="Johannes Karundeng diantara penonton dan penari (dok pri)"]
Interaksi tamu dan penonton serta dengan penari atau kelompok seni benar benar tercipta, keakraban dan saling menghargai serta saling mengagumi terbalut dalam pestas malam itu. Tamu puas, group reyog seneng, masyarakat sekitar seneng, dan penyelenggara seneng. Satu pelajaran berharga karena belum pernah ada pementasan yang semua serba terlibat begini.
[caption id="attachment_324891" align="aligncenter" width="486" caption="photo bersama di akhir pementasan (dokPri)"]