Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dikejar Matahari

6 Januari 2013   00:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Hidup serasa dikejar matahari"

Tiap jam 5 sehabis subuh penulis harus segera pergi mengantar anak yang kebetulan jarak jangkauannya lumayan jauh, Ponorogo-Madiun antar jemput menjadi tugas keseharian. Ditambah anak yang kedua yang pulangnya jam 5 sore yang jarak jangkauannya juga lumayan jauh yang harus menembus hutan 'kayu-putih'.

Begitu penulis bangun matahari sudah menunggu diufuk timur, dan begitu terlambat bangun matahari dengan angkernya sudah keburu 'memerah' seakan marah.

Begitu juga sorenya bila terlambat sedikit matahari sudah sembunyi duluan seakan kecewa pada penulis yang lupa mengantarkannya untuk terlelap.

Penulis yang selalu setia menjemput dan mengantar pergi 'matahari' tak mau kehilangan moment-moment itu, karena sang matahari hanya dalam hitungan menit sudah pasang muka yang tidak enak bila diabadikan. Meski sambil menyetir bila terpaksa saya ucapkan salam itu untuk matahari, "Jepret......."

Dan bila ada kesempatan mobil penulis pinggirkan untuk menghormati sang matahari,dari pada didamprat pengemudi didepan atau belakang penulis.

Penumpang disamping saya awalnya selalu protes, karena katanya kurang kerjaan, matahari kok di photo, katanya buru-buru keburu terlambat, tapi salah sendiri berangkat sekolah kok berbarengan 'matahari'.

Begitu pula yang pulang soreselalu protes, keburu ngantuk seharian sekolah, keburu lapar, lapar kok mbarengi matahari mau bobok.

Teori yang diwariskan ayah penulis yang sempat ajarkan kepada anak ndak berlaku lagi, dulu penulis mengajarkan kalau motret jangan menantang 'matahari', menantang sumber cahaya biar gambar tidak ngeplak putih, la orang yang ngajari kok malah sekarang gila sama' matahari' disaat orang-orang berlarian di  kejar 'matahari'.

'Matahari' selalu beri discount bahkah sedang  obaral besar wakakakaka cuci gudang, begitu jawab penulis disaat orang protes dengan keisengan ini.

Wakakakakakaka tapi bukan penulis saja yang sedang gila sama 'matahari', silahkan lihat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun