Foto di atas diambil oleh mas Anjar Leksana dan telah dipublishkan di twitternya Anjar Leksana. Saya sangat bersyukur kegembiraan saya dengan anak suku Dayak Miau Baru diabadikannya. Kami sama-sama mengunjungi anak-anak suku Dayak Miau Baru yang disuport oleh Datsun Risers Expedition dan Kompasiana Blog Trip. Kunjungan kami bermaksud saling berbagi kebahagian dengan anak-anak ini. Kami dibagi beberapa kelompok untuk mengisi acara yang lebih berfokus pada permainanan. Dalam permainan tersebut disisipi pesan moral atau pengetahuan untuk khasanah pembelajaran mereka kedepannya. Permainan lebih mementingkan kegembiraan dan edukasi yang simple dan mudah dicerna serta mudah penerapannya.
Foto di atas dijepret mas Anjar Leksana tanpa sepengetahuan saya alias candid. Di mana saat itu saya menemui anak-anak diatas dan bercanda di ruang belakang mirip sekat-sekat kamar panjang. Anak tersebut berlarian main kereta-keretaan, yang paling depan sebagai pengemudinya sedangkan lainnya saling menyambung dengan memegang pundak. Sambil terus menebar gelak tawa mereka terus melanjukan permainan. Kesempatan ini saya pergunakan untuk menggambil gambar mereka, biar tidak menggangu permainan mereka saya memakai lensa panjang (100mm) dan pasang hood.
Saat melepas lensa ini beberapa anak lelaki tersebut mendekat karena penasaran dan wajah mereka keheranan, mungkin saja jarang atau bahkan baru kali ini melihat perangkat kamera dari dekat. Begitu selesai memasang segera saya bersiap mengintip dan membidik, baru mendapat 2-3 jepretan tiba-tiba ada anak yang memengang ujung lensa saya. Mereka mengintip dari lubang hood. Sayapun kaget dengan kejadian tersebut, tapi si anak nampaknya semakin asyik dengan permainan barunya. Saya bertahan tetap jongkok untuk memberi kesempatan pada anak yang mengintip tersebut. Kasihan saya tidak ingin mengecewakan kegembiraan dan rasa penasaran intipannya. Tiba-tiba anak yang mengintip di ujung lensa tersebut didorong dari belakang oleh temannya. Maksud mendorong karena ingin bergantian mengintip, akhirnya meraka bergantian mengintip dengan cara yang sama.
Giliran anak yang terakhir, bukannya mengintip tapi menaruh ujung mulutnya pada hood sambil teriak, "Hallooooooooooooo....... haloo...... test 1.... 2..... 3..... haloooo......"
Anak yang lain juga tak mau ketinggalan juga ingin menirukan ulah temannya, dan mereka bergantian lagi berteriak di ujung lensa saya. Nampak bercak-bercak air terlihat dari intipan saya. Saya biarkan saja, saya kasih kesempatan pada giliran anak berikutnya, saya ingin berlaku adil dan tidak mau mengecewakan mereka. Bukannya berhenti tapi salah satu dari mereka memegang-megang kepala saya, ada yang memegang-megang bawaan saya di tas belakang. Muka dan rambut sayapun tak luput dari pegangan mereka. Rasanya ingin ikutan tertawa, tapi takut mengganggu keceriaan saat mempermainkan saya.
Setelah mereka puas bernyanyi, berteriak di hood lensa, mengelus kepala, saya segera berdiri dan gantian saya yang mengelus kepala mereka satu persatu. Mereka nampak bahagia serasa tiada batas antara saya dan mereka, seakan mereka bisa menerima saya, seakan mereka sudah kenal lama dengan saya. Seakan saya teman sebayanya.
Sambil jalan lensa yang penuh bercak ludah para anak-anak ini saya lap dengan tissu makan, dan selanjutnya saya menuju ruangan utama di bagian depan.
"Ini aku.... ini Sisi..... ini Nela..... wakakakakakaka Toto lucu gayanya kayak kepiting....." kata salah satu dari mereka yang membuat mereka saling ejek dan tertawa lepas.
"Sudah ayo merapat saya foto lagi nanti tak tunjukin lagi. Ayooo sana.... agak jauh minta pangku sama om Botak..." kata saya menyuruh mereka agak mundur dan berpose dengan mas Rahab Ganendra yang kepalanya gundul. Batin saya ketawa biar kamera mas Rahab yang dikerjain mereka selanjutnya.
"Lihat... liahat.... " kata mereka sambil berhamburan menuju ke kamera saya untuk ditunjukin hasilnya.