Halaman rumah penduduk di sekitar gapura masuk Pamuksan yang biasa disewakan untuk tempat parkir penuh. Tampak mobil-mobil mewah berplat nomor luar Kediri memenuhi tempat tersebut, bahkan kebanyakan kendaraan berplat nomor luar Jawa Timur. Sehingga harus memutar lewat belakang ke arah Sendang Tirto Kamandanu, tempat biasanya pengunjung bersuci dan membersihkan diri. Dari arah sendang ini ada jalan kecil menuju ke lokasi Pamuksan, yang cukup untuk lewat satu mobil asal tidak berpapasan dan langsung ke arah pendopo.
Tampak pula di pendopo penuh dengan pengunjung, begitu juga di lokasi utama Loka Mukso. Tidak seperti biasanya hari Minggu seramai hari kemarin, biasanya tempat ini paling ramai Kamis malam Jumat. Sambil menunggu sepi, saya berjalan ke luar pagar menuju lokasi di seberang tanah lapang ke tempat yang diyakini petilasan Resi Mayangkoro. Mukso dalam konsep Hindu Buddha berarti bebasnya atma dari ikatan duniawi dan lepas dari siklus reinkarnasi.


"Kalau ingin ngikuti laku Sang Prabu atau Sang Resi mereka betul ke sini."Katanya. Ngikuti laku menurutnya adalah mencontoh dan meneladani. Bila meminta sesuatu tentang jabatannya mereka salah datang ke sini, jelasnya lagi. Namun begitu niat saban orang tidaklah tahu, inilah uniknya tempat ini jelasnya. Saban orang dari kalangan apa saja biasa kesini, orang beragama apa saja, etnis bahkan suku apa saja datang ke sini. Rata-rata mereka peziarah, jelasnya lagi.
Dia adalah Margono yang saya kenal sejak beberapa bulan yang lalu. Kegiatannya saban hari membersihkan lokasi petilasan (makam) Resi Mayangkoro. Hampir 2 tahun mukim, sebutan buat peziarah yang menetap untuk bertirakat untuk waktu yang lama. Keberangkatannya dari Probolinggo diawali setelah dia diberhentikan dari perangkat desa karena sesuatu sebab yang menurutnya tidak masuk akal. Keluarga, tetangga, serta orang sekitarnya telah menyalahkan mengacuhkannya sampai dia terkena serangan stroke.
Dia pergi dari dari daerah asalnya berjalan kaki berhari-hari sampai langkahnya berhenti di komplek Pamuksan Prabu Sri Aji Joyoboyo di Pamenang Kediri ini.
Kedamaian didapatkan ditempat ini, dia menyadari nama besar, harta, dan persaudaraan tak kekal. Dia belajar pada kisah Prabu Sri Aji Joyoboyo yang rela meninggalkan puncak kekuasaan, popularitas, dan keduniawian untuk menghadap Sang Kuasa.
Dia belajar tentang kesetiaan, kesadaran, serta tanggung jawab pada Resi Mayangkoro yang setia pada rajanya, yang taat pada perintah rajanya apapun resikonya. Perintah yang sebagian orang dirasa tidak masuk akal.
Saban hari kesibukannya membersihkan petilasan Resi Mayangkoro yang berada tak jauh dari lokasi Pamuksan. Makan dan kebutuhan sehari-harinya mengandalkan belas kasihan para pengunjung, meski dia tak pernah minta.



Loka Busana adalah tempat Sang Prabu melepas busana, dan Loka Makuta tempat Sang Prabu melepas mahkota raja, dan Loka Muksa adalah tempat Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo muksa.