Awalnya acuh ketika mendapat pesan lewat inbox FB untuk memberikan materi tentang foto jurnalistik. Selain tidak berkompeten pada bidang tersebut, juga belum pernah bicara dihadapan orang banyak selain di bidang kesehatan yang menjadi bagian pekerjaan saya sehari-hari. Serasa tidak masuk akal mengapa mereka memilih saya untuk melakukan hal itu? Kami tidak saling mengenal, mereka hanya baca dari FB saya.
Mereka terus merayu saya untuk bersedia, merekapun mengirimkan undangan resmi via email dan WA meski saya sudah berusaha menolak. Mereka mahasiswa dan mahasisiwi IAIN Ponorogo yang tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Millah RM Â IAIN Ponorogo. Bukan siapa mereka tapi tempat dalam undangan yang membuat saya bertekuk lutut, tempat kegiatan tersebut diadakan di 'Ndalem Ageng Kyai Mohamad Besari' di Tegalsari. Tempat yang buat orang Tegalsari ataupun Ponorogo sangat dihormati.Â
Rumah kediaman kyai besar yang tersohor, rumah yang pernah ditempati para santri terkenal seperti RM Ronggo Warsito, RM Bagus Harun. Rumah yang pernah disinggahi oleh sinuwun Pakubuwono II ketika mengungsi dalam pelarian. Rumah yang sampai saat ini masih begitu dihormati dan tidak sembarang orang bebas keluar masuk.
Siap!!!
Akhirnya mengiyakan dan akan hadir dan mau tidak mau harus mempersiapkan materi yang mereka minta untuk disampaikan. Sekali lagi bingung tentang draf materi foto jurnalistik, karena bukan pada bidang saya. Lebih siap kalau diminta mengisi tentang masalah kesehatan. Dalam perjalan ke masjid Tegalsari mampir warung dengan tujuan membuat powerpoint untuk persentasi.
Luar biasa adik-adik mahasiswa-mahasiswi sudah menunggu, tapi saya menuju tempat wudu dan masjid baru menuju rumah bucu (joglo) yang berada di timur masjid. Moderator langsung meyilakan saya untuk duduk di depan.
Saya katakan kalau panitia salah kalau mengundang saya untuk memberikan materi foto jurnalistik.
"Saya bukan jurnalis, tapi saya seneng nulis" kata saya mengawali perkenalan, mengutip selogan Kriko. Seharusnya kata itu membuat peserta kecewa karena bukan yang diharapkan, namun sambutan bertambah seru. Keringat dingin mengucur, perasaan grogi, canggung, haru, bangga menjadi satu.
Saya jelaskan apa itu fotografi, foto jurnalis, dan jenis-jenisnya beserta contoh-contohnya yang saya screenshoot dari tulisan saya di Kompasiana setengah jam sebelum menuju tempat memberikan materi.
"Untuk apa foto-foto jurnalis itu buat adik-adik?" tanya saya. Rugi kita punya banyak koleksi foto tapi hanya menghiasi handphone ataupun hard disk. Rugi kita berburu foto dengan kamera mahal kalau hanya kita simpan tanpa bisa dinikmati orang lain. Betapa bahagianya apa yang kita punya dan kita dapatkan bisa berguna, membuat orang lain senang, bahkan menginspirasi orang lain, jelas saya. Saya bukakan contoh-contoh tulisan saya yang saya tuangkan di Kompasiana.