Tidak sulit menemukan pondok pesantren Darun Najaa yang diasuh Kyai Mahbub Sa'idi yang berada di Jalen Mlarak. Letak pondok pesantren tersebut hanya 3-5 km dari pondok pesantren Gontor. Ada yang istimewa di pondok pesantren ini yang membuat penasaran banyak orang.Â
Kedatangan saya bermaksud mencari tahu tentang kompang alat musik rebana, ada pesanan 4 set dari pondok pesantren tempat kami mondok di Nganjuk. Awalnya sangsi, apa iya ada pengrajin alat musik rebana di sekitar saya.
Sesampai di masjid pondok, oleh santri saya diarahkan untuk langsung menuju rumah bercat hijau muda di utara masjid. Tak lama kemudian kyai Masbub mempersilakan masuk. Nampak di meja panjang deretan rebana yang sudah jadi, diatur per-set.
Kyai Masbub tertawa ketika saya ceritakan kesangsian saya.
"Bukan hanya njenengan mas yang sangsi, beberapa waktu yang lalu pak Camat datang ke sini juga ndak percaya..." kata Kyai Masbub.
"Waktu pak Camat ada kunjungan kerja di Bogor disambut musik rebana, dan dikasih tahu kalau peralatan rebana ini dibeli di Mlarak di wilayah kerjanya," ceritanya lanjut. Sepulang dari Bogor pak Camat langsung mendatangi pondok pesantrennya.
Menurutnya kompang tiap daerah berbeda namanya, Â jumlah dan perangkatnya. Sehingga rebana yang beliau bikin sesuai daerah yang memesannya. Biasanya para konsumen akan detail mengatakan apa yang diminta. Tentang ukuran, model, serta asesorisnya sehingga tiap pesanan berbeda jenisnya juga beda harganya.
Hadroh ala Ponorogo 6 biji, 3 Hadroh 3, bas 3. Dihargai 1,6 juta rupiah saat ini per set. Sedangkan untuk rebana perangkat di atas tinggal nambahi tamborin.
Untuk daerah Pacitan  seperti Hadroh Ponorogo ditambahi kecer 1 dan ketapak 2 sehingga jumlahnya 9 biji. Begitu juga dengan Hapsi (duror),Remo dan lainya pada intinya dasarnya sama hanya beda jumlah dan ukuran.
Sedangkan hapsi model Habib Syeh Jepara dihargai 3,2 jt rupiah sebanyak 9 item. Model habib syeh ini yang paling diminati saat ini, booming karena penampilam pengajian habib syeh yang diiringi rebana di televise, sehingga pemesan menamai habsi model habib syeh.
Menurut beliau  selain bentuk di atas juga sering dipesan  Rebana Banjar, Rebana Biang, Hadroh, Marawis, Kompang, Jidor.
Untuk tenaga kerja dibantu tetangga kana kirinya, tidak melibatkan santri karena tujuan santri datang ke pesantrennya belajar. Sehingga beliau tak ingin membebani santrinya. Peralatannya juga masih sederhana menggunakan mesin bubut rekayasa sendiri yang ditaruh di teras belakang.
Dulu yang mengawali ayahnya yaitu Kyai Kaulan, beliau hanya meneruskan apa yang telah dimulai oleh ayahnya. Sehabis kunjungan pak Camat pihak pemda sering meminjam rebananya diikutkan pameran, sehabis pameran dikembalikan lagi.
Banyaknya pondok pesantren di daerah Mlarak ataupun Ponorogo menjadikan kompangnya dikenal sampai beberapa daerah bahkan mancanegara. Karena para santri yang ada di Ponorogo kebanyakan dari luar pulau, bahkan dari Malaysia dan Brunei. Sepulang dari mondok mereka memesan alat musik tersebut, karena alat musik tersebut sangat familiar di tempat asalnya daripada di Ponorogo.
Siapa sangka pondok pesantren Darun Najaa di pinggiran Ponorogo tersebut  memproduksi alat musik berkelas dunia. Pemesannya sampai manca negara, meski di kabupaten Ponorogo seakan luput dari perhatian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H