Antusiasme pengunjung tidak surut meski beberapa hari lagi pameran berakhir. Pengujung paling ramai saat jam belanja dan jam pulang sekolah. Terlebih ketika sinemax bioskop Ponorogo City Center (PCC) berakhir. Para penonton bioskop yang didominasi muda-mudi terutama anak SMA yang masih berseragam sekolah.
Pintu lift yang berdekatan dengan stan pameran fotografi membuat kebanyakan dari mereka langsung berhambur ke stan pameran yang berada dalam satu gedung di mall PCC.
Rasa ingin tahu mereka tinggi, bertanya tentang apa saja yang berhubungan dengan fotografi.
Mereka kebanyakan menanyakan tehnik memotret, kamera yang dipakai, apakah kamera handphone bisa dimaksimalkan seperti foto yang dipamerkan.
"Mas punya waktu untuk mengajari kami?" kata Nelly. Dia spontan menodong. Terpaksa mas Sigid dan mas Shandy kebetulan jaga harus menjadi guru dadakan. Yang satu rombongan diajari, rombongan lain datang minta diajari, begitu selanjutnya.
Belum lagi serombongan siswa yang datang bersama gurunya juga memohon untuk diajarkan.
Sambutan hangat dari mereka, antusias dan rasa ingin tahu besar sekali.
Besoknya lagi datang rombongan dari SMK Negeri 02 Ponorogo bersama bapak ibuk gurunya. Beruntung mas Eric pengelola mal PCC memfasilitasi, kami diberikan tempat di hall depan kami pameran. Kursi dan snak disediakan oleh anak buah mas Eric, begitu pula alat peraga yang kami perlukan.
Fotografi adalah seni cahaya, seni membekukan cahaya kata mas Sigid. Untuk menghasilkan sebuah foto yang bagus ada beberapa syarat. Syarat yang paling utama adalah ada pencahayaan, tanpa cahaya atau pencahayaan yang baik akan terlalu sulit untuk menghasilkan foto yang bagus.
Syarat kedua menurut mas Sigid, adalah orang yang memotret. Harus mengerti seni, tehnik, dan punya kreatifitas.