“Selamat Hari Perawat, buat saudaraku perawat di manapun kalian mengabdi”
Di usianya yang 43 tahun perawat Indonesia terus berbenah. Bentuk kewenangan semakin mandiri, di mana pekerjaan yang menjadi wewenang dan yang bukan menjadi wewenang perawat semakin jelas. Dengan terbitnya perundangan tentang perawat, maupun undang-undang kesehatan sebagai bentuk perlindungan bagi tenaga perawat, tenaga kesehatan lain dan masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan. Perawat dituntut lebih profesional nyaris tidak boleh melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Begitupula pesatnya tehnologi informasi menjadikan masyarakat semakin pintar, salah sedikit komplin yang berujung di meja pengadilan. Derasnya dan bebasnya dunia media social juga harus disikapi, dimana kekurangan akan lebih cepat diketahui kalayak dari pada kelebihan.
Masih terngiang dalam ingatan kita kejadian beberapa bulan yang lalu ketika gubernur Jambi Zumi Zola mengamuk ketika sidak di rumah sakit daerah yang mejadi area kepemimpinanya. Dengan mengajak awak media dalam kunjungan dadakan pada dini hari, sang gubernur mendapati petugas rumah sakit sedang tertidur, begutu perawat dan dokter tidur di kamar yang berada di dekat ruang jaga. Gubernur Zumi Zola pun langsung membangunkan perawat maupun dokter, memaki-maki bahkan sampai menendang kursi dan meja, menurut berbagai media.
Pada hari ulang tahun perawat kali ini juga diwarnai tuntutan rekan-rekan perawat yang berangkat ke Jakarta, perwakilan dari seluruh penjuru negeri. Kedatangannya akan menemui dewan di Senayan untuk menayakan nasib mereka yang sudah mengabdi puluhan tahun dengan status honorer maupun tenaga sukarela. Kabar terakhir dari teman yang menjadi perwakilan di Senayan mereka diterima oleh wakil ketua DPR Fadli Zon. Dewan menjanjikan akan menyurati presiden untuk mengakomodir keinginan perawat tersebut.
Kemampuan pemerintah untuk merekrut perawat sebagai pegawai negeri sangat terbatas meski keidealan proposional antara yang melayani dan yang dilayani. Sementara lulusan perawat dari sekolah-sekolah perawat tak terbendung. Ini bukti bila masyarakat masih melirik perawat sebagai pekerjaan yang menjanjikan dan menjadi lahan pekerjaan. Menjamurnya sekolah perawat di hampir tiap kabupaten, bahkan ada 3-4 sekolah perawat dalam kabupaten kecil yang tak diimbangi oleh lahan untuk perawat bekerja. Tentu perlu penataan oleh pihak yang terkait yang membawahi sekolah-sekolah yang menghasilkan perawat untuk lebih selektif, sehingga tak hanya kwantitas namun didapatkan perawat yang berkualitas.
Selamat hari jadi perawat Indonesia
Selamat hari PPNI jayalah perawat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H