Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Udiono, Lawang Sewu, dan Indonesia yang Terburu-buru Merdeka

30 Januari 2017   15:54 Diperbarui: 30 Januari 2017   17:18 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawang Sewu dari pose jepretan Tugu Muda. Dokumentasi pribadi

tiap sudut menggoda untuk dipotret. Dokumentasi pribadi
tiap sudut menggoda untuk dipotret. Dokumentasi pribadi

pintu tinggi dan berdaun pintu ganda, ciri khas bangunan Belanda di Indonesia
pintu tinggi dan berdaun pintu ganda, ciri khas bangunan Belanda di Indonesia

lorong-lorong panjang labiryn
lorong-lorong panjang labiryn

Banyak pintu, ciri khas perkantoran jaman itu
Banyak pintu, ciri khas perkantoran jaman itu

Luar biasa bangunan zaman Belanda itu masih kokoh berdiri. Kesan megah dan berwibawa selintas perpaduan arsitek Eropa dan Jawa khususnya Jawa tengahan.

Benar kata pak Udiono arsitektur atau bangunan merupakan cerminan dari kebudayaan. Dari karya arsitektur kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa.

Tata ruang Lawang Sewu jaman tersebut sudah dirancang dari segi keamanan, kenyamanan, bagi penghuninya. Banyaknya pintu selain sebagai aksesoris juga sebagai akses kemudahan keluar masuk, bahkan bila hal terjelek seperti bencana terjadi proses evakuasi dipermudah.

Dari museum kereta api yang ada di Lawang Sewu ini saya bisa memahami apa yang diceritakan pak Udiono. Belanda kala itu sudah punya sudut pandang jauh ke depan dalam soal masa depan transportasi Indonesia.

Jalan raya utama dari Anyer sampai Panarukan, jalur kereta yang sekarang ada tak luput dari peninggalan Belanda seperti cerita pak Udiono.

Lawang Sewu tak ubahnya museum kereta api Indonesia
Lawang Sewu tak ubahnya museum kereta api Indonesia

Selain panel-panel, foto stasiun tempo dulu, lampu signal dan palang bisa kita temukan Lokomotif uap tua berseri C 2301 yang konon dibuat pada tahun 1908 ini. Dulu loko tua ini dioperasikan melayani rute antara Semarang – Jatirogo, dan Semarang – Blora hingga tahun 1980.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun