[caption caption="tarian warok, lincah dan menggemaskan"][/caption]Tingkah polahnya lucu menggemaskan, berkali terjatuh berkali pula cepat bangun. Gerakannya berusaha menyesuikan gamelan yang ditabuh di sudut panggung. Tarian mereka dinamis dan cenderung aktraktif baik penari laki-laki maupun penari perempuan. Untuk seusia anak SD mereka sudah piawai dan rancak membawakan tarian yang berdurasi hampir 1,5 jam.
Tarian yang mereka bawakan adalah kolosal, tarian yang menceritakan babad Ponorogo. Tarian tentang kebanggaan prajurit perang, tentang kekuatan, tentang kehalusan, tentang kecerdikan, tentang kebersamaan dalam menjaga kehormatan rajanya. Adapula versi yang mengartikan ini adalah tarian ejekan atau sindiran halus pada rajanya, sudahlah ambil sisi positifnya saja.
[caption caption="penampilan SDN 01 Jinglong"]
[caption caption="penari Jathilan anak SD"]
[caption caption="pembarong, anak terkuat di sekolahnya"]
[caption caption="tunggang senggak, pemandu sorak"]
Ini adalah gelaran festival reyog mini dalam rangka peringatan hari jadi Ponorogo ke 520 kemarin. Pemeritah Daerah benar-benar memberi ruang gerak untuk anak-anak dalam mengapreasi seni. Semua kegiatan seni di hari jadi didomisi oleh anak-anak. Gelar reyog mini diikuti anak usia SD, gelaran kerawitan diikuti anak SD dan SMP, begitu juga gelaran kirab budaya. Pemilihan duta wisata thole genduk juga untuk anak usia SD.
[caption caption="Bupati Ipong membuka secara resmi festival reyog mini"]
“Ponorogo tidak bakalan kehabisan stok pembarong dan penari reyog, ketakutan saya pada punahnya reyog terjawab sudah.” Kata bupati bangga.
Kepala dinas pariwisata Sapto Jadmiko juga mengamini apa yang diungkapkan bupati Ipong, menurutnya setiap SD wajib mempunyai seni reyog, pihak pemda lewat dinas pendidikan memberi bantuan seperangkat reyog. Untuk pelatih juga disediakan oleh pemda, para pelatih seni di kirim ke SD-SD.
Menurut Imam salah satu guru yang mengantarkan anak didiknya, tingkat kesulitan adalah membentuk team awal. Pihaknya sudah menyeleksi mulai anak-anak duduk di kelas 3. Sebenarnya mulai TK anak-anak di Ponorogo sudah dikenalkan pelajaran seni reyog. Sehingga mendengar gamelan saja anak-anak sudah menyesuaikan gerakan. Jathilan milik anak-anak perempuan. Warok, penthul, klono sewandono milik anak-anak lelaki, begitu juga pemborongnya mereka anak lelaki yang paling kuat di sekolahnya. Imam juga menuturkan porsi kegiatan seni mulai dikurangi ketika anak didiknya mulai memasuki kelas 6, karena persiapan ujian akhir.