[caption caption="kegembiraan anak-anak Tawangmangu "][/caption]
Tangan Wanda terus melambai-lambai, dia berharap kendaraan yang melintas untuk mengurangi kecepatan. Para pengemudi tak hanya mengurangi kecepatan, tapi malah menepi. Dari jalan arah atas meluncur 4 mirip-mirip sepeda roda 3, hanya roda depan lebih besar dan roda belakang tetap seperti sepeda roda tiga milik anak-anak pada umum-nya.
Sayapun ikut menepi dan segera turun sambil menenteng kamera. Sayang lensa yang terpasang lensa wide, sehingga kurang maksimal mengabadikan kegembiraan mereka.
"Ini mainan apa mas?" tanya saya pada salah satu di antara mereka yang masih menunggu giliran.
"Kami sedang main drift mas...," jawab remaja yang bernama Indra.
"Ini kreativitas sepeda kami, mengadopsi kendaraan tradisional yang dulu menjadi andalan petani-petani di lereng Lawu," jelas Wanda mengimbuhi jawaban Indra.
Dahulu para petani dan pencari kayu bakar menaruh bawaannya pada papan kayu yang diberi roda tiga, roda depan difungsikan sebagai kemudi. Ban-nya dulu juga sederhana memakai bulatan batang kayu yang digergaji. Belum ada laker, pelumasan nya memakai tumbuhan yang bertekstur licin, terang Wanda panjang. Orang-orang sekitar Lawu menyebut "Becak Lawu".
Berkembangnya keadaan mulai ada laker, dan roda belakang diakali dengan laker. Namun hal itu tak bertahan lama, banyaknya motor yang dimodifikasi menjadi  motor gunung, akhirnya Becak Lawu tergantikan.
Kenangan mereka pada becak Lawu diaplikasikan pada permainan drift yang kini mulai tren. Sepeda-sepedanya pun menyesuaikan sepeda drift yang dipakai oleh rekan-rekan yang juga pehobi drift seperti Bogor, Malang, Lumajang. Lewat medsos mereka menjalin komunikasi khususnya tentang hobi drift, saling mengabarkan dalam setiap perkembangan.
[caption caption="bermain di seka liburan sekolah "]
[caption caption="drift trike Tawangmangu "]