Masuk toilet sebelum memasuki rumah makan adalah kebiasaan anak lelaki saya yang paling besar. Dari toilet ini dia memutuskan makan atau sekedar duduk menemani yang lain makan. Kebiasaan ini sudah saya amati sedari kecil, kalau toilet atau wc-nya bersih dia akan makan dan sebeliknya bila kotor dia akan duduk saja menemani makan.
Begitu pula kelakuannya ketika masuk warung, bila ada lalat, atau puntung rokok dia ndak jadi memesan makanan. Awalnya saya protes namun kelamaan saya yang mengalah karena bila dipaksakan dia yang muntah.
Kejadian ini juga saya dapati ketika ada tamu dari Jakarta mengadakan penilaian Rumah sakit tempat kami bekerja, salah satu dari beliau selalu masuk toilet dahulu sebelum acara dimulai. Padahal si tamu baru 10 menit berangkat dari hotel sebelumnya, dimana kondisi toiletnya jauh lebih indah dan bersih.
Ketika dipersilahkan ke toilet khusus tamu beliau tidak mau, beliau malah suka masuk toilet pengunjung atau karyawan meski bereka harus rela antri. Saya semakin penasaran dan usil mengamati, bukan ikut masuk ke dalam toilet namun melihat para tamu hampir selalu masuk toilet yang berbeda. Pada 3 tahap penilaian yang waktunya berbeda bulan para tamu asesor ini selalu berbuat begitu, masuk toilet setiap akan memulai penilaian.
Ada apa dengan toilet?? Dapatkah menilai sesuatu dari keadaan toiletnya?? Dapatkah Toilet mewakili penilaian keseluruhan dari suatu organisasi??
Saya geleng-geleng kepala sendiri bila melihat hal tersebut, apakah kebetulan atau kesengajaan.
Toilet atau wc adalah kebutuhan primer yang setiap orang memerlukan, baik pimpinan sampai pegawai tingkat bawah, baik dokter atau pasien yang ditangani, baik tuan rumah atau tamu yang mengunjungi. Toilet atau wc adalah tempat untuk membuang hajat, tempat membuang kotora, semua manusia pasti akan mengeluarkan kotoran.
Dalam sehari kita bisa 4-7 kali mengunjungi toilet, tentu hal inilah yang dijadikan salah satu pertimbangan ‘mungkin’ toilet atau wc bisa menggambarkan suatu perusahaan, kantor, atau organisasi. Bila toiletnya baik tentu akan baik pula isi perusahaan. Tapi entahlah saya malu bertanya pada para tamu tersebut, dikira usil atau lancang orang ke wc ditanyai.
Foto di atas adalah peringatan untuk tidak mencorat-coret, namun peringatan malah seperti dijadikan anjuran. Ini menggambarkan kalau orang sekitar kita kalau dilarang malah melanggar dan sebaliknya kalau disuruh malah membangkang. Disamping tulisan ini banyak tulisan yang lebih ndak etis, dengan mencantumkan nomer hp dia mengaku maaf 'gay' yang siap kapan saja dihubungin dengan tarif ekonomi.