Ponorogo, 12 Okteber 2015
Pengrajin reyog adalah identik dengan kaum lelaki, mulai dari pekerjaan kasar sampai pekerjaan yang halus yang mengerjakan kaum lelaki, dan hanya dalam pemasaran kadang kaum perempuan mulai terjun. Lestari Adhelia dia adalah Puteri Indonesia Persahabatan 2015 yang sedang melakukan lawatan ke Ponorogo dalam rangka perayaan Grebeg Suro, agenda tahunan pariwisata dan keagamaan di Ponorogo. Padatnya jadualnya sebagai duta Puteri Indonesia dia menyempatkan diri mengunjungi pengrajin reyog yang berada di daerah Kerun Ayu, jalur utama Ponorogo-Wonogiri. Tepatnya di rumah pak Sarju yang sudah puluhan tahun menggeluti kerajianan reyog dan perkakas reyog.
Banyak perbincangan, pertanyaan, dan apresiasi dari Puteri Indonesia ini. Pribadinya yang luwes dan mudah akrab memudahkan bersahat sehingga tak heran terpilih sebagai Puteri Indonesia Persahabatan 2015. Sebagai contoh ketika menemui pak Sarju yang sudah sepuh dengan sopannya dia memperkenalkan diri, namun pak Sarju menjawab sapaan dengan memakai bahasa Jawa. Diapun lantas menggunakan bahasa Jawa untuk mengimbangi pembicaraan dengan Pak Sarju.
"Dalem Lestari Adhelia Puteri Indonesia bapak...." katanya dengan halus.
"Oo nggih nak monggo pinarak mlebet ..." jawab pak Sarju sampil mempersilahakan masuk.
"Ini bulu merak asli mas?" tanyannya.
"Bener mbak, ini bulu merak impor dari India." jawab anak pak Sarju.
"Tempat kita sudah jarang ada merak, dan yang membedakan merak India dan Indonesia cuma warna, kalau merak Indonesia warnanya cenderung biru berkemilau, sedangkan kalau merak India berwarna hijau kemilau...." imbuhnya lagi.
"Ini dari merah hidup lalu disembelih mas?" tanyanya semakin serius
"Ini bulu merak yang sudah berodol atau rontok, atau merak yang sudah mati mbak..." jawab anak Pak Sarju.
"Oww saya kira dari burung merak yang masih hidup, kan kasihan dan dilindungi kan mas?" sambil manggut-manggut, rasa penasarananya mulai mendapat jawaban.