Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Istighosah, Ibarat Tangga untuk Memanjat

7 Oktober 2015   10:33 Diperbarui: 7 Oktober 2015   14:07 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ponorogo, 05 Oktober 2015

Bertempat di pendopo agung Kabupaten Ponorogo diselenggarakan istighosah dalam rangka menyambut datangnya bulan Muharam pergantian tahun di tahun Hijriyah dan Grebeg Suro yang telah menjadi agenda rutin tahunan di Ponorogo. Bupati Ir. Maskur MM dalam sambutannya mengatakan, "Ungkapan syukur kepada Alloh atas karunia dan kemakmuran yang dianugerahkan di Ponorogo, semoga grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional kali ini bisa sukses melebihi periode sebelumnya, dan semoga Ponorogo mendapatkan pemimpin yang amanah yang terbaik bagi Ponorogo di pemilihan bupati Desember mendatang." 

Bupati juga mengucapkan banyak terima kasih kepada jamaah istighosah yang telah meluangkan waktu untuk ikut serta berdoa bersama, terima kasih juga diucapakan kepada Forpimda (forum pimpinan daerah) atas luangnya waktu untuk hadir, dan ucapan selamat datang dan terimakasih kepada ketua MUI Ponorogo DR. KH Ansor M Rusdi atas kesediaannya memimpin acara istighosah kali ini.

Istighosah dihadiri para Forpimda (forum pimpinan daerah) antara lain Dandim, Kapolres, Sekwilda, Kepala Kejaksaan, Kepala Pengadilan, Kepala Dinas dan jajaran setingkat, dan kepala-kepala kantor lainya dibawah jajaran bupati.

Tampak juga masyarakat sekitar komplek kabupaten, santri-santri pondok pesantren, remaja masjid, kelompok pengajian. Mereka sudah hadir semenjak bakda isyak meski acara barau di mulai pukul 20:30-an.

"Yen wong menek mono istighosah kuwi minangkani ondo," kata pak Gembong Sunarto salah satu jamaah yang hadir semalam. Ibarat orang memanjat, istighosah adalah sebuah tangga kata pak Gembong Sunarto.

Banyak orang yang mengatakan bidah, mereka belum tahu apa istighosah dan keburu mengadili salah, dan keburu sok tahu. Ada orang yang bisa langsung terbang sehingga tujuannya bisa tercapai, namun itu hanya orang khusus hanya orang-orang pilihan. Menurut pak Gembong Sunarto,orang seperti dirinya harus cari jalan atau cara agar apa yang dimaksud bisa kesampaian, urusan diterima tidaknya adalah hak mutlak dari Alloh. Dia hanya berusaha agar bisa mendekat dengan Tuhannya.

Beda lagi menurut Pak Hartono, "Istighosah iku kasarane awake dewe njaluk tulung menyang kanjeng nabi (ngarep-ngarep safaat), ngrumangsani yen awake dewe ora godak opo-opo, lan awakke dewe kebak kesalahan..." Menurut Pak Hartono, istighosah merupakan salah satu sarana untuk mendekat diri kepada Alloh, hanya saja karena keterbatasan manusia, dan kebodohan manusia meminta pertolongan lewat Nabi Muhammad SAW dengan berharap mendapat pertolongan (safaat). Sebenarnya bisa saja langsung kepada sang pencipta, namun karena kerendahan hati itulah dia melewati kekasih Alloh yaitu wasilah pada para rosul, penjelasannya.

Istighosah pernah mengalami masa emas jaman presiden Abdul Rahman Wahid, beliau dulu sering menghadiri bahkan beliau salah satu yang memopulerkan istighosah meski sebelumnnya sudah menjadi hal yang biasa bagi kaum Nadliyin.

Menurut Pak Ali, salah satu jamaah yang hadir, istighosah adalah permintaan dan permohonan, dan bisa pula diartikan memohon pertolongan. Lebih lanjut dia mengatakan "Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit". Sedangkan isti’anah maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum, imbuhnya lagi.

"Kita meneruskan apa yang telah diwariskan dan diajarkan oleh guru. Guru yang telah meringkas amalan-amalan sehingga kita yang sekarang lebih dipermudah," katanya lagi. Urusan benar dan salah bukan urusan kita. Kita tawadu' pada guru yang telah memberi jalan sehingga kita bisa mengenal rosul dan tujuan utama kita Alloh. Manusia itu mirip sendal atau alas kaki yang berserakan yang diinjak, di sandung dan siap dilempar kapan saja, katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun