Ponorogo, 9 Agustus 2015
Tetabuhannya lucu mirip reyog tapi juga mirip gamelan Banyuwanginan atau daerah pesisir-an. Ada gong, serompet dan juga ada kendang, sayup sayup suaranya bercampur dengan rombongan seni reyog dan jaranan seterewe yang kebetulan berada di depan dibelakangan rombogan kesenian ini, mungkin hal itu yang membuat pendegaran agak kacau. Warna kostumnya juga berwarna tajam mirip pakaian penari-penari Madura atau pesisir utara.
Namun begitu rombongan sudah mendekat terlihat spanduk panjang yang dibentangkan oleh 2 lelaki, di spanduk tersebut bertuliskan "Kontingen Pawai Budaya Kab Probolinggo", dan nampak foto bupati dan wakil bupati. Dan salah satu dari mereka agak maju dan mengambil micropone, "Assalamu' alaikum...... yang terhomat bapak bupati Ponorogo, kami utusan dari Ibu Hj. Tantriana Sari, SE Bupati Probolinggo menghaturkan salam beliau buat bapak bupati, dan semua masyarakat ponorogo yang sedang merayakan hari jadi, mohon maaf beliau tidak bisa hadir karena ada kepentingan kedinasan, dan seni Jaran Kencak ini persembahan dari beliau untuk masyrakat Ponorogo......"
Memang kedekatan Ponorogo dan probolinggo sedari dulu sudah terjalin, almarhum bupati Muhadi (mantan) dulu bertugas di Probolinggo sebagai Sekretaris Daerah dan kembali ke Ponorogo ketika terpilih sebagai Bupati, dan bupati Probolinggo yang sekarang Hj. Tantriana Sari, SE adalah asli kelahiran Ponorogo, dan kalau tidak salah adik kelas ketika di SMA 2 Ponorogo dulu.
Kesenian kuda ini menurut keterangan salah satu rombongan dalam laporannya ke pada bupati, terdiri dari 5 kuda ; 1 sebagai kuda atraksi, dan 4 lainnya sebagai kuda tari yang dihiasi. Kesenian ini adalah kesenian tradisional probolinggo, perpaduan atara suku Jawa, Madura, Pesisiran utara dan suku Tengger. Yang melambangkan kabupaten probolinggo terdiri dari campuran berbagai suku di Indonesia, dan diantaranya yang tersebut diatas.
Rombongan paling depan adalah pembawa spanduk, belakangnya kuda atraksi, kuda penari berada di belakang kuda atraksi, penyanyi yang terdiri dari beberapa lelaki yang mirip rombongan pesantren berpeci dan menembangkan tembang-tembang bernafaskan islam yang dibawakan dengan bahasa yang mirip bahasa Madura, dan selanjutnya paling belakang penabuh gamelan
Kedua kuda sebagai tarian, hanya saja kuda dalam reyog berupa anyaman bambu yang dicat mirip kuda.
Ketiga bulu merak, adanya hiasan bulu merak pada kuda penari (kuda hias), dan di reyog hiasan bulu merak adalah mendominasi karena harimau yang ditenggeri merak.