Dia menuturkan bahwa sudah 6 bulan ini dia sudah tidak di Kedung Banteng, dia sekarang sering dipesan lewat sms atau bbm. Dan tinggal menujut tempat kesepakatan ketemuan, dengan begini dia bisa tinggal di rumahnya sambil mengasuh anak dan suaminya. Dan cara ini banyak diikuti teman-temannya.
"Kok ndak nungu pesangon?" tanya saya.
"Menerima pesangon sama saja bunuh diri, karena teregristasi, mereka (petugas) tahu tempat tinggal kita" jawabnya. Banyak dari suami mereka yang mengetahui pekarjaannya bahkan pekerjaan yang dilakoni atas seijin suaminya. Las sendiri mendapatkan suami di Kedung Banteng juga, dia pelanggannya dulu. Miris...
[caption id="attachment_360139" align="aligncenter" width="510" caption="tamu keluar masuk, biasanya kalau bermobil datang serombongan 5-8 orang, dan mencari mansa sendiri-sendiri"]
Teman saya tahun lalu mengambil penelitian di Lokalisasi Kedung Banteng ini, penelitihan buat skripsi buat persyaratan kelulusan di kampus kami dan kebetulan saya pernah beberapa kali mengantarnya. Dari jenis pendidikan rata-rata SLTP, dari segi usia rentang 18-40 tahun. Mereka berasal dari Ponorogo, Madiun, Wonogori, dan Tulungagung. Mereka datang atas saran atau ajakan teman yang sebelumnya sudah berada di komplek ini. Dari sekian banyak psk tidak melulu alasan ekonomi mereka melacurkan diri. Rata-rata mereka akan pulang ke tempat asalnya seminggu atau 2 minggu sekali. Dan tiap hari rabu ada pemeriksaan kesehatan dari puskesmas Sukorejo dan dari Dinas Kesehatan.
[caption id="attachment_360141" align="aligncenter" width="510" caption="potret mereka dari balik kaca mobil "]
Tempat ini buka mulai jam 10 pagi sampai malam jam 12-an. Para pelanggan berasal dari Ponorogo dan sekitar seprti Madiun, Magetan, dan Wongiri . karena Kedung Banteng ini berada di ujung Ponorogo yang mudah dijangkau dari daerah-daerah tersebut.
Berita penutupan ini sudah mereka terima, dan rencana bulan Juli 2015 ini tempat ini akan resmi ditutup. Tidak seperti berita di koran yang meberitakan bulan depan.
Biasanya para pelanggan orang-orang lama, dan ketika datang ditempat ini juga langsung mencari psk yang sudah menjadi langganannya, mereka janjian via telephon atau sms. Makanya dari sebagian mereka ditutup dan tidak ditutup mereka biasa-biasa saja. Karena dia bisa menjajakan diri lewat teknologi ponsel. Beda lagi tentunya bagi germo serta induk semang mereka akan kehilangan anak-anak yang selama ini menghidupinya.
Ditutup salah ndak ditup juga salah, di bikin tempat resmi salah dan dibiarkan dijalanan juga salah, Sebar repot pemerintah. Sementara geliat penularan HIV dan AIDS di Ponorogo sudah mulai menggeliat.
Semoga penutupan lokalisasi 'komplek' Kedung Banteng di Ponorogo ini membawa kebaikan bagi penghuni, masyarakat sekitar dan Ponorogo pada umumnya.