[caption id="attachment_358271" align="aligncenter" width="510" caption="pasar sayur Barokah Abadi, cerita berdinya sangat memilukan"][/caption]
Madiun, 31/03/2015
Pasar yang berada di kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun ini menampung hampir lebih 200 pedagang, rata-rata daganganya sayur, jajanan, dan kebutuhan dapur. Pasar ini letaknya hanya 300-an meter dari pasar induk, namun semaraknya tidak kalah dibanding dengan pasar induk. Pasar sayur yang dinamai 'Barokah Abadi' buka mulai jam setengah 12 malam dan berangsur sepi menjelang jam 6 pagi. Dan banyak juga pedagang yang berasal dari luar daerah menginap di bedag [lapak] sehingga nyaris pasar ini buka 24 jam.
Para pedagang berasal dari berbagai daerah, selain dari sekitar Dolopo banyak pula yang berasal dari Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan, bahkan Blitar dan Tulungagung seperti penjual kelapa dan buah sayuran. Para pedagang sudah siap dilapaknya mulai jam 11 malam dan mengalami puncak keramain jam 3-4 pagi.
Namun begitu awal berdinya pasar ini memerlukan perjuangan panjang yang memilukan, berikut ini kisahnya.
[caption id="attachment_358273" align="aligncenter" width="510" caption="mbah Supin pembuat dan penjual jajanan pleret, samplok, gethuk dan ketan. "]
Berawal dari penasaran saya akan cerita teman kantor yang menceritakan bahwa di pasar ini ada jajanan langka, pleret jajanan yang berbahan dasar tepung beras yang diplereti (bahasa jawa), diplereti artinya membuanya diplirit-plirit tapi ukurannya agak besar, semacam digulung kecil. Tapi bukan dilporotin seperti celana loh ....
Setelah diplereti tepung beras ini dikukus lalu dibentuk mirip kelopak bunga kecil dan setelah dibentuk seperti kuncup bunga dikukus kembali. Dan cara menyajikannya parutan kelapa muda dan gula pasir halus, atau dengan juruh gula merah. Pleret ini juga bisa dikombinasi dengan gethuk tela, ketan hitam.
Sedangkan samplok berbahan dasar ketela yang diparut sawut lalu dikukus, rasanya kenyil-kenyil agak lengket dimakan dengan taburan parutan kelapa muda.
Tapi untuk lebih jelasnya saya diundang mbah Supin datang kerumahnya yang tak jauh dari pasar ini, karena pembuatan pleret ini sore hari dan malamnya mengukusnya. Dan orang sekitar mbah Supin menceritakan bahwa ini merupakan satu-satunya pembuat pleret di kawasan Madiun. Dan saya mengiyakan suatu saat akan datang ketika sore hari ke rumah kediamanya untuk ikut mleretei wakakakakaka mloroti....
[caption id="attachment_358275" align="aligncenter" width="510" caption="di warung inilah saya mendapatkan cerita perjuangan pilu berdirinya pasar ini"]
Awalnya merasa aneh karena pasar ini lokasinya tak jauh dari pasar induk, pertanyaan ini akhirnya mendapat jawaban dari sesama pembeli yang sama-sama marung minum kopi di warung kopi yang berada didalam pasar ini.
Pasar ini dulunya kumpulan para pedagang sayur di pinggir jalan raya Dolopo, jalur utama Madiun-Ponorogo yang bersebelahan dengan pasar induk, dan bila di runut usianya hampir bersamaan karena pasar di pinggir jalan raya tersebut sudah turun temurun. Namun karena karena keramainya menyaingi pasar induk akhirnya mendapat perlawanan dari para pedagang di dalam pasar induk, dan pihak pemda. Melalui satpol pp pihak pemda menghalau para pedagang karena dianggap pasar ini ilegal dan menganggu ketertiban, namun begitu para pedagang malam ini bersikeras karena pasar induk tidak bisa menampungnya yang berjualan ditengah malam. Pasar induk yang dikelola pemerintah belum buka kalau belum pukul 7 pagi dan tutup jam 4 sore. Namun protes para pedagang sayur dimalam hari ini tak digubris oleh pihak yang terkait.
Akhirnya ada orang kaya yang mempunyai lahan yang lokasinya tak jauh dari tempat jualannya, ditempat itu mereka ditampung dengan menyewa lapak dan membayar listrik yang disalurkan oleh pemilik lahan. Dan pemilik lahan diuntungkan dari sewa dan bea tersebut dan masih untung lagi dari toilet dan tempat parkiran. Namun pasar ini hanya bertahan 2-an tahun karena pemilk lahan terus menaikkan biaya sewa dan biaya listrik yang dirasa mencekik, dan ujungnya pasar ini bubar dan para penjual kelimpungan.
[caption id="attachment_358276" align="aligncenter" width="510" caption="buah sayuran segar bisa dengan mudah dan murah didapatkan dipasar ini"]
[caption id="attachment_358277" align="aligncenter" width="510" caption="aneka jenis krupuk tersedia disini, para pedagang obrok kulakan di tempat ini"]
Para pedagang akhirnya mengadakan rapat, dan hasil rapat memutuskan untuk pindah mencari lahan baru, lahan tersebut bekas semak belukar milik bebarapa orang pedagang, dan mereka berkerja bhakti untuk membersihkannya, pemilik lahan diberi  kompensasi disewa beramai-ramai di bentuk pengurus yang mengurusi dana patungan, sewa, listrik. Dan untuk membangu lapak-lapak diserahkan pada masing-masing pedagang. Namun kepercayaan mereka konon disalah gunakan oleh pengurus, dan akhirnya mereka sepakat menghentikan pengurus dan membentuk pengurus baru.
Dan luar biasa para pedagang di pasar sayur Barokah Abadi ini mencapai lebih dari 200-an pedagang, yang berasal dari berbagai daerah.
Pada umumnya para pedagang di pasar ini adalah tempat kulakan para pedagang kelilingan yang memakai gerobak (obrok), dagangan ini selanjutnya dijual keliling oleh para penjual obrok ini. Sebagai tempat kulakan tentunya harga lebih murah dibanding dengan pasar induk, mungkin hal ini yang membuat pasar induk semakin mendapat lawan sepadan.
Selain itu pasar ini komplit sehingga para pedagang obrok tidak perlu pindah lagi ke pasar lainya untuk kulakan dagangan, karena semakin terkenalnya pasar ini membuat para pemasok dari luar kota semakin banyak yang langsung datang ke pasar ini.
[caption id="attachment_358278" align="aligncenter" width="510" caption="ikan tongkol ini didatangkan dari pantai Prigi Trenggalek, namun begit penjualnya orang asli sini"]
[caption id="attachment_358279" align="aligncenter" width="510" caption="tempat ini menjadi kulakan para pedagang keliling (obrok)"]
Ikan tongkol seperti gambar diatas dipasok dari daerah pantai Prigi Trenggalek, sedangkan bandeng dipasok dari pantai utara, sedangkan ikan nila, emas dan tombro dipasok dari telaga Ngebel.
Cabai langsung didatangkan dari daerah Ponorogo dan Ngawi, sedangkan bawang putih dan sayuran langsung dipasok oleh pengepul dari Karang anyar dan Magetan. Beberapa truk membawa bawang merah yang ber plat nomer Nganjuk juga tampak bongkar muat didekat jalan masuk, bawang merah ini didatangkan langsung dari Sukomoro Nganjuk.
[caption id="attachment_358280" align="aligncenter" width="510" caption="mbah Asih pedagang asal Ponorogo (Tajug) menjula aneka bumbu dan empon-empon"]
[caption id="attachment_358281" align="aligncenter" width="510" caption="penjual gantheng (capar) tapi ayu"]
[caption id="attachment_358282" align="aligncenter" width="510" caption="mbak Sandy penjual gantheng (capar) omset-nya sehari hampir 1 kwintal"]
Ada yang menarik pada penjual gantheng (capar) mereka masih satu keluarga, anak, keponakan, dan cucu. Mbak Sandy ini lulusan S-1 namun dia rela malam-malam jualan capar, omset semalam hampir 1 kwintal, dan menjelang hari raya atau hari libur kebutuhan capar juga meningkat. Capar-caparnya diambili oleh para pedagang obrok dan diedarkan sampai ke Madiun, Ponorogo, dan Magetan. Beda lagi dengan bu Dwi Lestari (bulik dari mbak Shandy) omsetnya juga banyak dan merasa rugi bila libur meski satu hari saja, di bantu suaminya bu Dwi Lestari berjualan mulai jam 2 pagi sampai jam 6 pagi. Capar nama lainya dalam bahasa Indonesia kecambah, menjadi sayuran pokok dalam pembuatan pecel, pecel adalah kuliner khas Madiun, Ponorogo, Magetan.
[caption id="attachment_358284" align="aligncenter" width="510" caption="hilir mudik pedagang obrok yang akan menjula kembali daganganya"]
[caption id="attachment_358285" align="aligncenter" width="510" caption="papan namanya sangat sedehana meski sudah berbadan hukum, "]
Para pedagang sayur di pasar sayur Barokah Abadi ini sekarang sedikit bisa tersenyum dengan adanya paguyupan yang sudah memiliki badan hukum yang mengayomi, meski papan namanya sederhana didalamnya ratusan orang bertransaksi dan ratusan juta uang yang beredar tiap harinya.
Pasar ini dilengkapi dengan fasilitas mushola, toilet, dan ruang parkir. Orang sekitar pasar terlibat langsung dalam kegiatan seghari-hari mulai tukang jaga toilet, tukang kebersihan, pengurus pasar, tukang parkir.
Semoga pasar ini membawa barokah terhadap orang orang yang terlibat didalamya, dan bisa abadi sampai akhir jaman seperti nama yang telah disepakati bersama.
Dan untuk cerita jajanan 'pleret' dan cerita pasar lainnya buka tautan ini  Kampret Tradisional
*) Salam jalan-jalan
*) Salam Kuliner
*) Selamat Blusukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H